MerahPutih.com - Setelah ditemukan mutasi virus Corona di Malaysia, kasus serupa muncul di negara Asia Tenggara lainnya Filipina. Jenis virus corona yang disebut dengan kode D614G itu ditengarai memiliki kemampuan infeksi penyebaran yang lebih cepat.
Mutasi ini mengubah asam amino pada posisi 614, dari D (asam aspartat) menjadi G (glisin), sehingga disebut D614G. Menurut Pusat Genom Filipina (PGF), strain G614, dengan genotipe asli D614, dideteksi dalam sebuah sampel kasus positif dalam jumlah kecil dari Quezon City.
“Melalui pengamatan G614, peneliti mengklaim bahwa mutasi tersebut dapat meningkatkan penularan virus,” demikian pernyataan PGC melalui buletin SARS-CoV-2, dikutip dari GMA News, Selasa (18/8).
Baca Juga:
COVID-19 Bermutasi di Malaysia, Ahli Patogen Tiongkok Redam Ketakutan Massal
Pemerintah lokal juga membenarkan temuan itu lewat pernyataan Maria Rosario Vergeire dari Kementerian Kesehatan Filipina melalui taklimat virtual. Dikutip dari Bloomberg, Vergeire menjelaskan sampel mutasi COVID-19 yang mengandung kode D614G juga ditemukan di wilayah Ibu Kota Manila.

Sebelumnya, Malaysia mengumumkan kasus mutasi ini ditemukan pada kluster di Malaysia dari 45 kasus yang dimulai dari seseorang yang baru kembali dari India dan melanggar karantina mandiri selama 14 hari. Strain D614G telah ditemukan di banyak negara lain dan menjadi varian yang dominan di Eropa dan Amerika Serikat. Bahkan, mutasi serupa juga ditemukan ada di Tiongkok.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan bulan Juli lalu pada jurnal Cell, para ahli menemukan pasien yang terinfeksi varian G614 memiliki muatan virus lebih tinggi dibandingkan mereka yang terinfeksi D614. Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Datuk Dr Noor Hisham Abdullah juga menyebutkan keterangan yang sama.
"Ditemukan bahwa jenis ini 10 kali lebih menular dan mudah disebarkan oleh individu 'super spreader'," kata dr Noor. Namun, dia menambahkan virus tidak menunjukkan dampak yang lebih mematikan ataupun meningkatkan keseriusan gejala.
Baca juga:
Sebaliknya, Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan belum terdapat bukti COVID-19 dengan varian D614G memperparah penderita berdasarkan temuan kasus mutasi yang terdeteksi di Tiongkok. Pandangan ini merujuk pernyataan Kepala Studi Epidemiologi dan Biostatistik Universitas Hong Kong Benjamin Cowling.
"Tidak ada bukti dari sisi epidemiologi bahwa mutasi tersebut membuat penularan COVID-19 lebih cepat dibandingkan yang lainnya," ungkap Cowling. Namun, dia mengakui mutasi baru ini memiliki keunggulan kompetitif dibanding virus awal karena mulai banyak diindentifikasi di beberapa negara.

Sementara itu, Pakar Kesehatan Tiongkok Yang Zhanqiu menganggap mutasi baru virus corona itu masih batas kewajaran. "Karena virus itu beradaptasi dengan DNA warga dan lingkungan setempat," kata Wakil Kepala Jurusan Biologi Patogen Wuhan University itu, dikutip Antara dari media resmi Tiongkok, Selasa (18/8).
Para ahli Tiongkok juga berupaya menenangkan masyarakat dengan menjelaskan pertama, mutasi tidak serta-merta memengaruhi lokasi target vaksin dan kedua, vaksin eksperimental saat ini biasanya mencakup lebih dari satu lokasi target untuk memastikan kemanjurannya.
"Mutasi tersebut tidak akan mengubah kemanjuran sebuah obat," tutup Yang, yang juga Profesor di bidang Biologi Patogen itu. (*)
Baca Juga: