Musim Tradisi Sadranan Bersamaan Wabah Corona, Harga Bunga Tabur di Solo Anjlok

Zulfikar SyZulfikar Sy - Selasa, 14 April 2020
Musim Tradisi Sadranan Bersamaan Wabah Corona, Harga Bunga Tabur di Solo Anjlok
Penjual bunga tabur di Pasar Kembang Solo, Jawa Tengah ikut terdampak sepinya penjualan akibat wabah COVID-19, Selasa (14/4). (MP/Ismail)  

MerahPutih.com - Musim tradisi sadranan atau berziarah ke makam yang biasanya diadakan masyarakat Jawa menjelang bulan suci Ramadan tahun ini tak memberikan keuntungan bagi pedagang bunga tabur di Solo, Jawa Tengah. Harga bunga tabur di Pasar Kembang, Kecamatan Laweyan, Solo justru anjlok dan para pedagang sepi pembeli.

"Saya berjualan bunga tabur di Pasar Kembang selama 16 tahun, baru tahun ini musim sadranan sepi pembeli," ujar Mursinah (39) kepada merahputih.com, Selasa (14/4).

Baca Juga:

PSI Minta Pemprov DKI Buka Data Penerima Bansos

Warga Kecamatan Ampel, Boyolali, Jawa Tengah ini mengaku sehari hanya ada 15 sampai 20 orang yang membeli bunga tabur. Jumlah tersebut jauh berbeda dengan musim sadranan tahun lalu sebelum ada virus corona.

"Pada musim sadranan tahun lalu pembeli bunga tabur sampai ratusan orang. Daya beli masyarakat turun drastis. Banyak warga terdampak COVID-19 lebih menggunakan uangnya membeli kebutuhan pokok," kata dia.

Penjual bunga tabur di Pasar Kembang Solo, Jawa Tengah ikut terdampak sepinya penjualan akibat wabah COVID-19, Selasa (14/4). (MP/Ismail)
Penjual bunga tabur di Pasar Kembang Solo, Jawa Tengah ikut terdampak sepinya penjualan akibat wabah COVID-19, Selasa (14/4). (MP/Ismail)

Dampak sepinya pembeli, lanjut dia, harga bunga tabur yang biasaya meroket kali ini anjlok. Ia mencontohkan, harga bunga tabur mawar merah ukuran keranjang kecil dijual Rp25.000 dari sebelumnya Rp50.000, mawar putih ukuran keranjang kecil Rp20.000 dari sebelumnya Rp40.000.

"Harga Bunga melati juga turun, biasanya saya dijual Rp75.000 per setengah kilogram turun drastis Rp40.000. Bunga kenanga Rp 50.000 per keranjang kecil jadi Rp20.000," papar dia.

Baca Juga:

Komisi III Sebut Stafsus Andi Taufan Offside, Jokowi Diminta Turun Tangan

Pedagang lainnya, Patriono (52) warga Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali mengaku omzetnya turun drastis sampai 70 pesen pada musim sadranan tahun ini. Ia membandingkan pada musim sadranan tahun lalu omzetnya naik dua kali lipat.

"Ya mau gimana lagi biasanya orang dari luar luar Solo pulang kampung sebelum Ramadan untuk mengadakan tradisi sadranan tahun ini tidak berani karena takut COVID-19," kata dia. (Ism)

Baca Juga:

KSPI Desak Anies Tegas Tindak Perusahaan yang Masih Beroperasi Saat PSBB

#Virus Corona #Kota Solo
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir
Bagikan