Muncul COVID-19 Varian IHU, Peneliti BRIN: Tidak Semenular Omicron
MerahPutih.com - Virus COVID-19 varian Omicron belum juga usai. Kini, dunia dihebohkan dengan munculnya varian baru B.1640.2 atau IHU.
Varian baru ini dilaporkan ditemukan di Prancis. Diberi nama IHU karena sesuai dengan laporan peneliti di Prancis Selatan, Institut IHU Mediterranee Infection.
Baca Juga
Mayoritas Pasien COVID-19 di DKI Berasal dari Pendatang Luar Negeri
Menanggapi temuan tersebut, Peneliti Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amin Soebandrio mengatakan laporan penelitian saat ini varian IHU tidak menular secepat varian Omicron.
"Tidak semenular Omicron, tapi mungkin bisa lolos dari vaksin," ucap Amin di Jakarta, Jumat (7/1).
Amin menuturkan hingga sekarang laporan penelitian mengenai karakteristik, perilaku dan penularan dan informasi terkait lain tentang varian IHU masih sangat terbatas. Varian IHU memiliki cukup banyak mutasi, yakni ada 46 mutasi.
"Ini kan baru dilaporkan di Prancis dan Republik Kongo, tapi masih sangat terbatas kasusnya, masih tidak terlalu banyak, sehingga belum bisa disimpulkan," katanya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum mengkategorikan varian IHU sebagai variant of interest (VoI). Hingga sekarang, varian IHU masih dalam pemantauan WHO. Selain itu, masih dibutuhkan pengamatan lebih lanjut untuk varian IHU.
Baca Juga
Antisipasi Omicron, Pemkot Yogyakarta Gandakan Pelacakan Kontak Erat COVID-19
Terkait efikasi vaksin terhadap varian IHU dan seberapa bahaya infeksi dari varian itu juga belum dapat dijelaskan karena informasi yang ada sekarang masih sangat terbatas.
"Kita tunggu informasi selanjutnya dari WHO," ujar Amin.
WHO mengklasifikasikan suatu varian virus SARS-Cov-2 penyebab COVID-19 sebagai VoI dengan kriteria, yakni varian tersebut memiliki perubahan genetik yang diperkirakan atau diketahui mempengaruhi karakteristik virus seperti penularan, keparahan penyakit, pelepasan kekebalan, pelepasan diagnostik atau terapeutik.
Variant of interest juga diidentifikasi sebagai penyebab penularan komunitas yang signifikan atau beberapa klaster COVID-19 di banyak negara dengan prevalensi relatif yang meningkat bersamaan dengan peningkatan jumlah kasus dari waktu ke waktu, atau dampak epidemiologis nyata lainnya yang menunjukkan risiko yang muncul terhadap kesehatan masyarakat global. (*)
Baca Juga
Kasus COVID-19 Kembali Naik, Warga Harus Kembali Sadar Prokes