MerahPutih.com - Pandemi COVID-19 telah berlangsung dari dua tahun, sejak pertama kali diumumkan masuk Indonesia Maret 2020 lalu.
Masyarakat seperti sudah jenuh menerapkan protokol kesehatan untuk pencegahan COVID-19 di tengah wabah yang berlarut-larut.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito merespons hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilakukan pada bulan Februari 2022.
Baca Juga:
Angka Testing COVID-19 Nasional Alami Penurunan
Survei itu menunjukkan, banyak masyarakat yang tidak lagi patuh menjalankan protokol kesehatan (prokes) dengan berbagai alasan, yakni jenuh sebanyak 61,2 persen.
Kemudian, tidak nyaman sebesar 46 persen, merasa situasi sudah aman 32 persen, yakin tidak tertular 24, persen dan tidak ada sanksi sebesar 22,7 persen, serta berbagai alasan lainnya.
Wiku mengatakan, hasil survei menunjukkan ketidakpatuhan masyarakat sangat disayangkan.
Mengingat memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan merupakan hal paling mudah murah dan efektif yang dapat dilakukan tiap individu demi menjaga kasus tetap rendah dan mempertahankan produktivitas ekonomi.
“Saya percaya bahwa kita bisa menjunjung tinggi kewajiban bersama tersebut dibandingkan ego pribadi seperti jenuh, tidak nyaman dan merasa yakin tidak tertular,” ucapnya, Kamis (17/3).
Selanjutnya, selain ketidakpatuhan prokes, Wiku menyebutkan, rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan testing. Hal ini, seiring dengan rendahnya angka testing di masa penyesuaian kebijakan.
Bahkan, berdasarkan hasil survei BPS pada Februari 2022, alasan utama masyarakat melakukan testing karena program kantor 51 persen, persyaratan perjalanan sebesar 38,1 persen dan program tracing 23,3 persen. Bahkan hanya 18,7 persen responden yang testing karena merasa tidak sehat.
“Penting untuk diingat tanpa testing, kita tidak akan bisa mengidentifikasi orang yang positif di antara orang lainnya. Tidak menutupi kemungkinan bahwa kita menjadi salah satu dari sumber penularan tersebut,” ucapnya.
Baca Juga:
Update COVID-19: Kasus Harian dan Aktif Alami Penurunan
Melihat data penurunan testing, menurut Wiku, masyarakat perlu meningkatkan kesadarannya agar tiga kunci utama, yaitu disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes).
Ia meminta, protokol kesehatan perlu lebih diperkuat kembali mengingat turunnya testing berdampak pula pada kemampuan kita membedakan orang positif terlebih lagi mengingat kasus tanpa gejala yang tidak sedikit jumlahnya.
"Jangan sampai ketidaktaatan kita pada prokes justru menjadikan kita sumber penularan bagi orang lain, apalagi kelompok rentan,” kata Wiku.
Wiku juga menuturkan, masyarakat harus memiliki kesadaran tinggi untuk mengisolasi diri. Sebab, upaya kerja keras bersama untuk disiplin menjalankan prokes dan melakukan testing akan sempurna jika dibarengi dengan kesadaran tinggi dari orang yang teridentifikasi positif COVID-19 untuk mengevaluasi dirinya.
“Untuk itu, mohon kepada masyarakat yang positif untuk mengevaluasi dirinya sesuai dengan ketetapan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan demi keselamatan bersama terutama kelompok rentan,” sambungnya.
Menurut Wiku, situasi ini perlu disadari bersama bahwa setiap hal kecil yang dilakukan. Mulai dari memakai masker, menjaga jarak, atau menghindari kerumunan, mencuci tangan serta melakukan testing dan isolasi diri jika positif merupakan jaminan produktivitas masyarakat. (Knu)
Baca Juga:
IDI Bangun Monumen Bangkitkan Spirit Pengabdian dan Perjuangan Lawan COVID-19