Muhammad Egha, Arsitek Muda yang Kini Jadi Pengusaha Sukses

Widi HatmokoWidi Hatmoko - Rabu, 15 Maret 2017
Muhammad Egha, Arsitek Muda yang Kini Jadi Pengusaha Sukses
Muhammad Egha (MP/Rizky Fitrianto)

Meski sempat jatuh bangun dalam membangun bisnis, Muhammad Egha tak pernah patah arang. Kini di usianya yang masih terbilang muda, dia berhasil membangun perusahaan yang bergerak di bidang perencanaan arsitektur serta desain interior. Sejumlah penghargaan baik nasional maupun internasional pun sudah diraihnya.

Bermodal budget tiga puluh juta rupiah dan rumah kos-kosan sempit yang terletak tidak jauh dari kampusnya, pada tahun 2013 dia mendirikan Delution Design Revolution bersama Sunjaya Askaria, dan Hezby Ryandi, kedua sahabatnya semasa kuliah. Menyusul tahun 2014 mereka mendapat partner baru Fahmy Desrizal dari kampus yang sama.

“Sampai akhirnya saat bangun perusahaan itu, saya butuh partner. Saya pilih mereka itu, anak Binus (Bina Nusantara) juga. Mereka ini pernah jadi ketua dan wakil himpunan (arsitek) di bawah saya. Jadi kita ini sudah lama berorganisasi bareng, dari sejak kuliah itu kita bareng. Dari main bareng, nongkrong bareng, belajar bareng dan akhirnya kerja bareng. Sampai akhirnya bertiga bikin perusahaan bareng,” kata Egha kepada merahputih.com di kantornya, Bintaro, Jakarta Selatan.

Muhammad Egha (MP/Rizky Fitrianto)

Egha menjelaskan, semasa duduk di bangku kuliah dirinya banyak bertemu dengan hal baru, yang akhirnya membentuk karakter dan mentalnya saat ini. Dia pun mulai mengenal organisasi dan bahkan sempat menjadi Ketua Himpunan Jurusan Arsitek di Kampus Binus.

“Di Binus itu pertama kali kenal organisasi, dari mulai tidak mengenal apa-apa belajar dikit-dikit sampe jadi aktivis, akhirnya jadi Ketua Himpunan Arsitek. Karena biasa di organisasi, biasa aktif, biasa terjepit, biasa dikondisi sulit, akhirnya itu yang membentuk mental dan pola pikir saya sekarang ini,” ujarnya.

Di tangan Egha dan ketiga temannya, Delution Design Revolution, tumbuh menjadi perusahaan bergengsi. Kini omset dari perusahaan yang bergerak di bidang perencanaan arsitektur dan desain interior ini mencapi Rp 20 miliar per-tahun. Dan Sejak berdiri 4 tahun lalu telah berhasil menggarap sejumlah proyek mulai dari rumah, vila dan kantor yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia.

“Kita udah nanganin beberapa klien, dari mulai perorangan sampe korporate. Kalau sekarang ada kantornya Bodyshop kita juga lagi kerjain, kantornya Traveloka kita juga lagi ngerjian, kantornya partai Golkar DKI Jakarta. Intinya klien kita seimbang antara korporat dan perorangan,” tukas Arsitek lulusan Universitas Bina Nusantara pada tahun 2012 ini.

Delution juga telah memperoleh beberapa penghargaan baik secara Nasional maupun Internasional, seperti Special Mention German Design Award 2016 yang diadakan German Design Council di Frankfurt, Best Design of The Year for Corporate Small Space kategori yang diadakan Asosiasi Desain Interior Internasional di Hongkong dan Finalis 2A Asia Architecture Awards yang diadakan 2A Magazine di Istanbul.

Design Kantor Advertising BBDO Jakarta yang mendapat award di Special Mention German Design Award 2016

“Yang paling membanggakan saat kita jadi juara di Hongkong itu. Karena itu purely kita satu-satunya perwakilan dari Indonesia. Jadi itu kita menang dari banyak desainer dari seluruh Asia Pasifik. Ada dari Chicago, Meksiko, Taiwan, Jepang,” ucap Egha.

HAsil Karya Egha
Design Monumen Patung Yesus di Jayapura

Untuk Nasional Delution berhasil meraih juara 2 (2nd Award) pada Sayembara Monumen Patung Yesus di Jayapura yang diadakan oleh Ikatan Arsitek Indonesia. Selain penghargaan, Project Delution juga telah terpublikasi oleh beberapa media dan jurnal internasional seperti Korea, China, Jermany, Perancis, Arab, Spanyol, dan Rusia. (Pon)

#Arsitektur Kolonial #Desain Interior #Desainer
Bagikan
Ditulis Oleh

Widi Hatmoko

Menjadi “sesuatu” itu tidak pernah ditentukan dari apa yang Kita sandang saat ini, tetapi diputuskan oleh seberapa banyak Kita berbuat untuk diri Kita dan orang-orang di sekitar Kita.
Bagikan