Momen Hits Ala Ibu Rumah Tangga versus Ibu Bekerja

Iftinavia PradinantiaIftinavia Pradinantia - Senin, 09 Maret 2020
Momen Hits Ala Ibu Rumah Tangga versus Ibu Bekerja
Semua perempuan bisa berekspresi (Foto: Pexels/Moose Photos)

GIRLS empowerment yang digaungkan di abad ini membawa perempuan ke posisi yang cukup menguntungkan. Mereka lebih bebas menentukan jalan hidup yang diinginkan dan tetap bisa mengaktualisasi dirinya dengan baik. Mulai dari ibu rumah tangga, dokter, hingga pramugari. Mereka selalu bisa memberi arti dan mencari arti akan hidupnya sendiri. Tak lupa mereka juga tetap bisa mengekspresikan dirinya.

Sejumlah perempuan menyuarakan seni menjadi ibu apapun peran yang mereka putuskan untuk ambil. Pun peran sebagai ibu rumah tangga memiliki kisah dan seni yang berbeda satu sama lain. Misalnya saja kisah yang datang dari Zefanya Athina dan Lailatul Jamilah. Sama-sama memiliki latar belakang pendidikan tinggi dan bahkan pernah menjalani karir. Keduanya tak takut untuk pergi jauh dari rumah, menanggalkan mimpi masa muda, dan mengabdikan dirinya demi keluarga.

Baca juga:

Perempuan Sulit Dimengerti atau Pria yang Tidak Peka?

"Kami nomaden karena suami masih bakalan pindah-pindah tergantung perintah SK dari kantor," ujar Lailatul Jamilah atau yang akrab disapa Mila. Sejak duduk di bangku sekolah, Mila selalu membayangkan dirinya menjadi perempuan karir yang bekerja di jantung ibukota. Garis tangan menentukan lain. Usai dipinang di usia muda, yakni 22 tahun, ia pun secara berani menanggalkan impiannya.

"Qadarullah dari awal mau menikah, suami minta gue buat jadi ibu rumah tangga karena biar lebih fokus pada rumah tangga. Takut susah kontrol kalau udah punya aktivitas di luar (kerja kantoran)", ungkap perempuan yang berdomisili di Jember, Jawa Timur.

Ibu rumah tangga
Mila keluar dari comfort zone (Sumber: Instagram/@lailatuljamilah)

Sama seperti Mila, Zefanya juga rela berpindah-pindah kota mengikuti suaminya yang bertugas sebagai tentara angkatan darat. Ia juga rela menanggalkan karir yang pernah ia rintis ketika masih berstatus lajang. Sebelum menikah, perempuan yang disapa dengan nama Fanya ini berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris. "Saat itu suami saya berdinas di Papua, jadi saya harus benar-benar meninggalkan semua pekerjaan saya di Jakarta untuk ikut bertugas di Papua. Saya mau fokus jadi ibu rumah tangga menjalani peran sebagai seorang istri prajurit," ucapnya.

Ibu rumah tangga
Fanya mengabdi untuk suami dan keluarga (Sumber: Instagram/@zefanyaathina)

Tak hanya mengurus suami dan anak, Fanya juga aktif di yayasan TNI Angkatan Darat. "Saya aktif organisasi Persit Kartika Chandra Kirana membawahi bidang pendidikan," bebernya.

Walaupun tugas keduanya begitu berarti bagi tumbuh kembang anak, sebagai perempuan biasa yang punya cita-cita tinggi, keduanya pernah dihinggapi rasa iri dengan perempuan yang berkarir. "Ga munafik, kadang merasa iri. Pengin bisa dandan cantik pagi terus kerja dan punya banyak teman," ungkap Mila. Senada dengan Mila, Fanya pun pernah merasa cemburu.

"Enak ya dia masih bisa bekerja dan punya penghasilan sendiri. Namun sekarang ini saya justru berpikir bahwa mereka belum menjalani apa yang sudah saya jalani. Saya merasa sudah dua step di depan mereka. Saya pernah bekerja dulu dan sekarang saya punya suami punya anak yang mungkin mereka belum merasakan berumah tangga," tuturnya.

Baca juga:

Deretan Perempuan Cantik di Industri Kpop Yang Lahir Tanggal 29 Maret

"Bukan membanding-bandingkan tetapi lebih bersyukur di saat teman seusia saya masih memikirkan karir saja tetapi saya di usia saya saat ini saya punya planning sepuluh atau dua puluh tahun untuk anak saya," lanjutnya.

Walaupun menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah bersama anak, kedua srikandi tersebut cukup kreatif dan cerdas dalam mengelola keuangan mereka dan membangun bisnis dari rumah. Mila memilih untuk bisnis katering sementara Fanya memilih bisnis online shop.

Lain ibu rumah tangga lain pula kehidupan seorang ibu yang menjadi perempuan karir. Misalnya saja, Lydia Avry Inayah, yang bekerja sebagai pramugari di sebuah maskapai milik negara. Memiliki anak yang masih berusia satu tahun, ia harus rela melewatkan beberapa fase tumbuh kembang anaknya demi terbang lintas benua. Padahal, ia sempat menghabiskan waktu selama sepuluh bulan bersama putri kecilnya, mengingat cuti yang dimiliki oleh pramugari yakni setahun.

"Di sela-sela terbang yang hectic harus nyempetin buat pumping. Kadang di galley pesawat. Kalau kepepet banget di lavatory. Sedih. Tapi mau gimana lagi? Terus ninggalin anak terbang berhari-hari beda benua. Tapi kudu kuat. Terus pas layover di hotel juga harus kerjain tugas kuliah. sambil pumping, sambil video call sama yang di rumah," demikian Lydia mengisahkan lika-liku menjalani peran ganda dalam hidupnya.

Meskipun selalu dibuat pusing dengan kehidupan super padat, ia selalu bisa menemukan ruang untuk mensyukuri hidupnya. "Bersyukur pas aku memiliki identitas lain selain 'istri orang' atau 'mamanya lyra'. I am me before anyone else. Aku juga butuh space untuk self actualization. Saat bisa bantu suami financially dan bisa bertukar pikiran karena aku punya kehidupan selain di dapur sumur kasur. Juga sesimple saat bawa oleh-oleh air zamzam buat yang membutuhkan kalau habis terbang Jeddah Madinah. Ku seneng bikin orang happy," urainya.

Lain pramugari lain pula kehidupan dokter. Seorang dokter muda, Anna Asmaul tahu caranya mengabdi pada manusia dan keluarga kecilnya. Dengan piawai ia menjalani tiga profesi sekaligus. "Aku full time dokter, part time entrepreneur, istri, dan mom to be," ujar perempuan yang menantikan kelahiran anak pertamanya.

Walaupun memiliki profesi yang berbeda, keempat perempuan tersebut kompak menyebut mereka butuh menunjukkan eksistensialisme. Di momen-momen tertentu, mereka merasa hits.

"Momen paling hits tuh pas bisa kongkow sama temen kali ya. Walaupun pada bawa anak tapi kan mamak kudu tetep tampil kece sepanjang masa," cetus Mila. Sementara ibu rumah tangga lainnya, Fanya, menuturkan bahwa momen ia merasa hits yakni saat orang masih memanggilnya mbak alih-alih ibu. "Berarti kan muka dan wajah saya masih seperti gadis ya. Di situ saya merasa hits," tutur Fanya terkekeh.

Sementara Lydia yang berprofesi sebagai pramugari merasa momen dirinya merasa hits ketika ia berjalan dalam balutan seragam pramugari. "Paling hits pas udah dandan, hairdo dan make seragam. Terus bawa koper di bandara bersama rekan sejawat. Itu dunia serasa catwalk. Kayak Miss Indonesia, semua mata tertuju padamu," candanya.

Pramugari merasa hits ketika sudah berseragam lengkap (Foto: Pexels/Jeffrey Paa Kwesi Opare)

Anna sendiri merasa momen dia merasa hits adalah ketika dirinya masih bisa melakukan aktivitas yang disukai dalam kondisi apapun. Misalnya berolahraga. (avia)

Baca juga:

Beda Feminisme di Korea Selatan Dulu dan Kini

#Hari Perempuan Sedunia #Hari Perempuan Internasional #Pelukan Ibu
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan