Modernisasi Pesat Dorong Kebangkitan Perbankan Digital di Indonesia

Andrew FrancoisAndrew Francois - Minggu, 04 September 2022
Modernisasi Pesat Dorong Kebangkitan Perbankan Digital di Indonesia
Perbankan digital bantu permudah urusan hidup masyarakat. (Foto: Unsplash/Tech Daily)

KETIKA berbicara tentang pandemi dan inklusi keuangan, pepatah 'kebutuhan adalah ibu dari penemuan' kian relevan. Krisis kesehatan yang berlangsung telah menunjukkan bagaimana jutaan orang masih kekurangan akses ke layanan keuangan dasar.

Laporan Google, Temasek, dan Bain e-Conomy pada 2019 menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 92 juta penduduk (33% populasi) tanpa rekening bank.

Wawasan itu menimbulkan kekhawatiran, karena tanpa rekening bank orang tidak memiliki akses ke layanan keuangan, sehingga menempatkan mereka lebih berisiko terhadap dampak negatif dari kesehatan atau krisis lainnya.

Tanpa akses ke layanan keuangan, warga yang tidak memiliki rekening bank tidak akan mampu keluar dari kemiskinan dan kekurangan sumber daya, untuk membangun mata pencaharian yang lebih baik.

Maju cepat ke 2022, laporan firma pengetahuan berbasis teknologi Twimbit, Neobanks drive financial inclusion in ASEAN, a 2022 outlook, memperkirakan bahwa jumlah warga negara Indonesia yang tidak memiliki rekening bank telah turun menjadi 83 juta.

Baca juga:

Uang Masyarakat di Bank Digital Tumbuh 8 Ribu Persen

Digitalisasi ubah perilaku perbankan masyarakat Indonesia. (Foto: Unsplash/Markus Spiske)

Tren ini kemungkinan merupakan hasil dari digitalisasi yang cepat selama pandemi, memicu optimisme percepatan inklusi keuangan yang akan bermanfaat bagi jutaan orang. Transformasi digital yang cepat dalam beberapa tahun terakhir juga melihat pertumbuhan neobank sebagai bagian penting dari gambaran tersebut.

Dalam laporan tersebut di atas, Twimbit menyatakan bahwa di antara 24 neobank aktif di ASEAN, enam melayani Indonesia, termasuk tiga digital spin-off dan satu neobank berlisensi standalone. Neobank tersebut adalah Jenius by BTPN, TMRW by UOB, Jago, Motionbanking by MNC Bank, LINE Bank by Bank KEB Hana, dan BCA Digital.

Dalam State of Application Strategy Report – Financial Services Edition (SOAS BFSI) 2022, terdapat temuan yang menunjukkan tren positif tentang bagaimana bank, layanan keuangan, dan asuransi mengambil langkah untuk menangkap peluang yang datang dengan transformasi digital.

Baca juga:

Lirikan Investor Berburu dan Suntik Modal Bank Digital

Digitalisasi perbankan bantu UMKM cepat tumbuh. (Foto: Unsplash/Markus Spiske)

Di tengah peluang global untuk merangkul transformasi digital yang mengarah ke perbankan terbuka dan pertumbuhan lebih lanjut dari organisasi BFSI, Indonesia berada di fase intermediasi pada 2020. Berada di fase itu, Indonesia masih melihat inisiatif terbatas oleh para pemimpin pasar dalam perjalanan perbankan terbuka, terlepas dari peraturan pedoman dan inisiatif.

Pemimpin pasar Indonesia di kancah neobank termasuk Bank Central Asia, Bank Mandiri, dan Bank Rakyat Indonesia. Mereka telah memulai perjalanan perbankan terbuka, tetapi Indonesia masih membutuhkan kehadiran para pelaku BFSI yang terus berkembang dalam kereta musik perbankan terbuka untuk lebih mempercepat inklusi keuangan bagi masyarakat yang kurang terlayani, serta untuk meningkatkan transformasi digital UMKM.

Diperkirakan bahwa 60% bank di Asia Pasifik akan berinvestasi dalam teknologi untuk memonetisasi data, yang mengarah pada pembukaan aliran pendapatan baru. Untuk memastikan keberhasilan, bagaimanapun, organisasi BFSI harus menempatkan kolaborasi pada prioritas utama. Mereka harus menumbuhkan dan mempertahankan komunitas pengembang yang kuat yang pada akhirnya akan mendorong penciptaan nilai pelanggan. (waf)

Baca juga:

Pertemuan G20 akan Bahas Aset Kripto dan Uang Digital Bank Sentral

#Perbankan #Keuangan
Bagikan
Ditulis Oleh

Andrew Francois

I write everything about cars, bikes, MotoGP, Formula 1, tech, games, and lifestyle.
Bagikan