Parenting

Mitos Seputar Pengasuhan Anak

P Suryo RP Suryo R - Selasa, 24 Agustus 2021
Mitos Seputar Pengasuhan Anak
Banyak mitos seputaran pengasuhan anak yang kurang tepat. (Foto: Pexels/Quang Nguyen Vinh)

DUA hal yang jadi panduan para ibu baru dalam membesarkan anaknya: sosial media dan ocehan netizen. "ASInya kurang kali makanya anaknya nangis mulu", "ih masih bayi kok gendongnya dipekeh nanti udah gede jalannya ngangkang loh", dan lain-lain.

Sementara itu di sisi lain, derasnya arus informasi di sosial media membuat ibu kesulitan memfilter hal-hal yang cocok dan tidak cocok diterapkan ke anaknya. Mom and Baby Coach, Anisya Cahya coba menjelaskan deretan hoax seputar mengurus bayi dan fakta dibaliknya:

Baca Juga:

3 Karakteristik Anak dan Cara Menghadapinya

1. Larangan taruh handuk di leher pada ibu hamil

mitos
Takut janinnya terlilit tali pusat. (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)


Ada banyak sekali mitos seputar ibu hamil yang beredar salah satunya adalah larangan menaruh handuk di leher. Hal tersebut dipercaya berkaitan dengan tali pusat yang bisa melilit di leher bayi. "Sebenarnya kalau lilitan mah wajar ya. Namanya juga janin mutar-mutar di dalam perut," tutur Anisya.

Ia meyakinkan bahwa walaupun ada lilitan di leher bayi masih memungkinkan untuk melahirkan secara normal.
"Biasanya yang mampu menangani case seperti itu adalah dokter atau bidan dengan jam terbang tinggi," ucapnya.

2. Ibu hamil enggak boleh banyak gerak. Tiduran aja

mitos
Saran yang kurang tepat bagi bumil. (Foto; Pexels/Mart Production)


"Kalau lagi hamil harus sering istirahat ya. Enggak boleh banyak gerak," saran orang yang lebih tua pada calon ibu yang sedang mengandung. Namun ternyata saran tersebut justru kurang tepat. Ibu yang sedang hamil justru disarankan untuk tetap aktif bergerak.

"Ibu hamil itu atlet. Jadi harus banyak olahraga, harus banyak melakukan peregangan untuk menyiapkan dirinya agar saat hari persalinan tiba fisiknya kuat. Otot-ototnya pun kuat membuka jalan lahir," demikian sarannya.

3. ASInya enggak enak

mitos
Bayi belum mengenal rasa. (Foto: Pexels/Rodnae Production)


Enak atau enggak enak adalah penilaian subyektif dari orang dewasa. Bayi yang baru lahir belum dapat menilai apakah ASI yang dikonsumsinya enak atau tidak. "Bayi itu belum kenal rasa. Jadi perihal ASI enak atau enggak itu cuma mitos." Selain itu, Anisya yang jug seorang konselor laktasi menyebut sifat ASI begitu dinamis. Rasanya pun menyesuaikan kebutuhan bayi. "ASI berbeda dengan susu formula yang rasanya sama terus dari waktu ke waktu."

Baca Juga:

Ternyata Bermain Boneka Dapat Melatih Keterampilan Sosial Anak

4. Ibu menyusui jangan minum air es

mitos
Dianggap bayinya bisa pilek. (Foto: Unsplash/Tiago Catulo)


"Jangan kebanyakan minum air es. Nanti bayinya pilek," demikian anjuran lain yang diterima ibu baru. "ASI itu diproduksi sesuai dengan kebutuhan bayinya pada saat itu. Jadi, komposisinya selalu berubah dan unik," terangnya.

5. Bayi nangis mulu karena ASInya kurang

mitos
Tidak ada istilah ASI tidak cukup. (Foto: Pexels/Laura Garcia)


"Ih anaknya nangis mulu tuh! Pasti ASInya kurang (enggak enak deh)" ujar seseorang pas lihat bayi yang menangis tanpa henti. Rupanya, tidak ada istilah ASI tidak cukup. Anisya menuturkan bahwa jumlah ASI pada ibu baru melahirkan memang sedikit dan berwarna keemasan. Itu disebut kolostrum. Selanjutnya, hari ketujuh merupakan ASI peralihan menuju ASI matang berwarna putih. ASI matang terdiri dari dua yakni foremilk dan hindmilk.

Selain itu, Anisya juga menyebut ada berbagai faktor yang menyebabkan bayi terus menangis meskipun ibunya sudah menyusuinya. "Bisa jadi karena perlekatan menyusuinya enggak efektif. Atau mungkin posisi ibunya belum nyaman dan masih kaku dalam menggendong. Bayinya jadi insecure dan takut saat digendong orang yang tegang," urainya.

6. Gendong pekeh sebabkan kaki O

mitos
Digendong pekeh nanti bentuk kaki bayi tidak baik. (Foto: Instagram@mommygolda)


"Ih bayi belum waktunya digendong pekeh. Nanti kakinya O loh!" ucap orang tua. Ternyata mitos tersebut justru dipatahkan oleh Anisya dan para babywearing consultant yang justru menyarankan metode menggendong M-Shape (pekeh).

M-shape adalah metode menggendong yang mengikuti posisi alami bayi. "Justru dengan digendong M-Shape itu posisi kaki dipertahankan secara natural sehingga pada saat gendong tidak memaksa kakinya untuk lurus. Posisi ini juga mengikuti posisi alami bayi saat di dalam rahim. Makanya banyak bayi yang tidurnya nyenyak saat digendong M-Shape," urainya.

Selain itu, menggendong dengan metode M-Shape juga melatih otot kaki bayi. "Kalau kita melatih otot kaki bayi lewat gendong M-Shape malah bisa merangsang bayi bisa jalan lebih cepat. Motoriknya lebih cepat berkembang," jelasnya. (avia)

Baca Juga:

Dampak Kekerasan pada Anak dapat Menurunkan Fungsi Otak

#Parenting #Hari Anak 2021 #Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan