SEBUAH tim peneliti dari MIT telah mengembangkan kapsul yang dapat dimakan, mampu memantau tanda-tanda vital seperti detak jantung dan pola pernapasan dari dalam saluran pencernaan pasien. Perangkat ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda depresi pernapasan selama overdosis opioid.
Giovanni Traverso, seorang profesor teknik mesin di MIT yang memimpin pengembangan sensor dapat dicerna ini, menyatakan bahwa perangkat tersebut akan sangat bermanfaat untuk studi tentang tidur, seperti dilaporkan Engadget, Sabtu (18/11).
Biasanya, studi tidur melibatkan pasien yang terhubung ke sejumlah sensor dan perangkat. Dalam laboratorium dan penelitian di rumah, sensor dapat dipasang di kulit kepala, pelipis, dada, dan paru-paru pasien dengan kabel.
Baca juga:
Elon Musk Sumbang Rp 153 Miliar untuk Penelitian Fertilitas

Pasien juga bisa memakai kanula hidung, sabuk dada, dan oksimeter denyut yang terhubung ke monitor portabel. Traverso menyatakan bahwa mencoba tidur dengan semua mesin ini bisa menjadi tantangan.
Uji coba menggunakan kapsul buatan Celero Systems, perusahaan rintisan yang dipimpin oleh peneliti MIT dan Harvard, menandai pertama kalinya teknologi sensor dapat dicerna diuji pada manusia. Kapsul tersebut berisi dua baterai kecil dan antena nirkabel yang mengirimkan data.
Sensor seukuran kapsul vitamin itu bergerak melalui saluran pencernaan, mengumpulkan sinyal dari perangkat tersebut di dalam perut. Para peserta menginap semalam di laboratorium tidur sementara kapsul mencatat pernapasan, detak jantung, suhu, dan motilitas lambung.
Sensor tersebut bahkan berhasil mendeteksi sleep apnea pada salah satu pasien. Hasilnya menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi dapat mengukur metrik kesehatan setara dengan peralatan diagnostik medis di pusat tidur.
Baca juga:
Penelitian Menemukan bahwa Ibu Mewarisi Kepandaiannya pada Anak-anak
Teknologi sensor yang dapat dicerna dapat menghilangkan kebutuhan akan metode tradisional di mana pasien harus menginap semalam di laboratorium tidur dan dihubungkan ke sejumlah sensor dan perangkat.
Pentingnya, MIT menyatakan bahwa tidak ada efek samping yang dilaporkan akibat konsumsi kapsul. Meskipun kapsul biasanya melewati pasien dalam waktu sekitar satu hari, peneliti berharap untuk meningkatkan masa simpan internalnya agar dapat berada di perut pasien selama seminggu.
Ali Rezai, ketua eksekutif Institut Ilmu Saraf Rockefeller Universitas West Virginia, melihat potensi besar untuk menciptakan jalur baru melalui perangkat ini yang dapat membantu penyedia layanan mengidentifikasi kapan pasien mengalami overdosis sesuai dengan kondisi vitalnya.
Mereka bahkan mempertimbangkan kemungkinan memasukkan obat secara internal, seperti agen pembalikan overdosis, jika sensor mencatat bahwa laju pernapasan seseorang melambat atau terhenti. Lebih banyak data dari penelitian ini akan segera tersedia dalam beberapa bulan mendatang. (waf)
Baca juga:
Penelitian: Ubur-ubur Sisir Hewan Paling Tua di Dunia