MerahPutih.com - Pandemi COVID-19 telah berlangsung hampir setahun. Para peneliti dunia masih berkutat dengan penelitian vaksin yang diyakini sebagai jalan bebas dari pandemi yang disebabkan SARS CoV 2. Namun kalaupun vaksin jadi, jalan bebas dari pandemi masih panjang.
"Apakah vaksin bisa akhiri wabah ini, WHO menyatakan walaupun ada vaksin tampaknya akan cukup lama menghadapi wabah ini," kata Ketua PBNU Bidang Kesehatan Syahrizal Syarif dalam webinar yang digelar PBNU.
Jalan panjang vaksinasi bakal dilalui Indonesia. Tetapi Indonesia masih banyak pekerjaan rumah, bukan sekedar vaksinasi. Namun, masih menghadapi kendala berupa rendahnya uji spesimen hasil pelacakan penularan COVID-19.
Baca Juga:
Media Dapat Berperan Bangun Masyarakat Sadar Vaksin
Ia menegaskan, rendahnya jumlah uji spesimen membuat kasus penularan COVID terlihat kecil. Hal ini menimbulkan kesulitan secara tidak langsung dan memengaruhi vaksinasi jika vaksin COVID selesai uji klinis.
Vaksin COVID, kata ia, menjadi harapan semua orang di dunia yang dirundung pandemi virus corona. Selama vaksinnya belum ada, masyarakat, lanjut ia, dituntut menerapkan protokol kesehatan secara ketat seperti pakai masker, jaga jarak dan selalu mencuci tangan dengan sabun.
Saat ini vaksin COVID-19 di dunia sedang dalam uji klinis, salah satunya di Bandung lewat penelitian yang dilakukan Bio Farma dan Fakultas Kedokteran Unpad terhadap vaksin buatan Sinovac Biotech, Tiongkok.
Syahrizal menyebut, walaupun penanganan COVIS di Indonesia diklaim lebih baik di bandingkan negara-negara lain, akan tetapi ia berharap semua pihak jujur melihat kenyataan bahwa negeri ini termasuk 6 negara teratas paling besar penularan COVID-nya.

Sebagai perbandingan, uji spesimen di Indonesia pada pertengahan November lalu 98/100 ribu penduduk. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan uji spesimen di Amerika Serikat yang di atas 3000-an per 100 ribu penduduk.
“Kalau kita mau jujur pemeriksaan spesimen maka kita akan melihat. Kalau jaring kecil ikan yang ditangkap pun sedikit. Beda dengan jala besar,” katanya.
Spesialis Perubahan Prilaku dari UNICEF Rizky Ika Syafitri menyebut, saat ini ada lebih dari 200-an kandidat vaksin yang diriset, 10 di antaranya masuk pada fase akhir penelitian.
“Kita berdoa semoga hasilnya cepat keluar. Sehingga kita punya vaksinnya. Saat ini belum ada vaksinnya tapi pemerintah berusaha sedemikian rupa untuk bisa akses vaksin tersebut melalui kerja sama bilateral, multilateral dan dalam negeri,” katanya.
Menurutnya, vaksinasi memang bukan jalan sekali jadi. Perlu proses panjang yang tidak bisa dicapai dalam waktu sekejap. Tujuan vaksinasi Covid adalah untuk mencapai herd immunity atau kekebalan komunitas terhadap COVID.
“Bayangkan untuk mencapai herd immunity agar masyarakat terlindungi, ratusan juta yang harus divaksin, ini bukan upaya mudah,” kata Rizky.
Selain itu, masyarakat juga perlu diberi pemahaman tentang pentingnya vaksinasi Covid. Jangan sampai masyarakat termakan hoaks soal vaksin.
Penerimaan masyarakat terhadap vaksin penting karena menjadi salah satu syarat untuk mencapai herd immunity.
“Karena kalau kita tidak mencapai herd immunity akan sia-sia, penularan akan terus terjadi,” ujarnya. (Iman Ha/Jawa Barat)
Baca Juga: