GOOGLE telah mengembangkan prototipe Augmented Reality Microscope (ARM) untuk menggabungkan kecerdasan buatan yang dapat menampilkan indikator visual, seperti peta panas atau batas objek, secara real-time. Prototipe ini hasil kerja sama dengan Departemen Pertahanan
Penambahan kecerdasan buatan itu bertujuan memudahkan pengklasifikasian sampel dan mengidentifikasi keberadaan sel kanker atau patogen. ARM pertama kali diperkenalkan pada 2018 dan saat ini telah ada 13 prototipe ARM. Demikian laporan Engadget, Rabu (20/9).
Namun, ARM belum digunakan secara luas untuk mendiagnosis pasien. Pengujian yang signifikan masih diperlukan sebelum dapat digunakan oleh dokter untuk praktek keseharian.
Rencananya adalah menciptakan sistem yang dapat dipasang pada mikroskop cahaya yang ada di rumah sakit dan klinik.
Baca juga:
Mengenal Google Collection, Fitur Baru yang Resmi Diluncurkan Hari Ini

Mikroskop yang dilengkapi ARM akan memberikan berbagai umpan balik visual, termasuk teks, panah, kontur, peta panas, atau animasi, yang masing-masing disesuaikan dengan tujuan penilaian yang spesifik.
Unit Inovasi Pertahanan milik Departemen Pertahanan AS telah mengadakan pembicaraan dengan Google tentang perjanjian yang mungkin memungkinkan distribusi ARM melalui militer.
Ada harapan bahwa ARM akan tersedia untuk beberapa pengguna pemerintah pada musim gugur ini. Perkiraan biaya ARM merentang antara USD 90.000 (Rp 1,3 miliar) sampai USD 100.000 (Rp 1,5 miliar). Ini mungkin di luar kemampuan penyedia layanan kesehatan setempat.
Baca juga:
Detail Kecil yang Tidak Disadari pada Game Olimpiade Google
Google Health telah berinvestasi dalam berbagai alat berbasis kecerdasan buatan yang bertujuan untuk meningkatkan keakuratan diagnostik dan membantu mengatasi kekurangan tenaga kesehatan dalam bidang kedokteran.
Mereka juga telah bekerja sama dengan startup yang berfokus pada kecerdasan buatan untuk meningkatkan layanan kesehatan. Google diperkirakan telah menginvestasikan lebih dari USD 200 miliar (Rp 3.000 triliun) dalam investasi kecerdasan buatan selama satu dekade terakhir.
Mereka melakukan itu dan menginvestasikan begitu banyak uang karena WHO (World Health Organization) memperkirakan akan terjadi kekurangan 15 juta pekerja layanan kesehatan di seluruh dunia pada 2030. Google merasa teknologi harus mengambil peran. (waf)
Baca juga:
Google akan Hapus Jutaan Akun Gmail