Hari Batik Nasional

Merawat Warisan Batik

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 02 Oktober 2019
Merawat Warisan Batik
Rahmadi Widodo merawat kain batik Cirebon dari abad ke-19. (foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

GORESAN bernilai seni tinggi yang diwariskan para leluhur yang kita kenal sebagai batik tak hanya menyimpan kesakralan dan keindahan. Lebih daripada itu, batik mengandung histori yang bisa dinikmati anak cucu tanpa harus disampaikan dengan banyak kata.

Itulah mengapa warisan budaya bangsa tersebut harus dirawat sedemikian rupa agar anak cucu bisa menikmati autentifikasi dari batik.

BACA JUGA: Jangan Salah Kostum, Kenali Dulu Makna yang Terkandung Pada Motif Batik

Di Hari Batik yang jatuh pada Rabu (2/10), Merahputih.com berkesempatan berkunjung ke Pameran Batik di Museum Tekstil, Jakarta Barat. Kunjungan Merahputih.com ke Museum Tekstil mempertemukan kami dengan seorang konservator kain bernama Rahmadi Widodo. Dari perbincangan singkat, ia menguraikan berbagai cara menjaga batik agar tetap terjaga keaslian dari kain batik. "Perawatan kain batik itu terbagi atas dua, preventif (pencegahan) dan kuratif (perawatan pascarusak)," urainya.

Ia menjelaskan beberapa aspek preventif yang harus diperhatikan, antara lain lingkungan penyimpanan dan cara penyimpanan.

Kondisi lingkungan penyimpanan meliputi suhu ruangan, cahaya dan sinar, serta kelembapan. "Kain itu kan organik jadi sensitif terhadap lingkungan. Untuk itu, kelembapan dan paparan cahayanya perlu diperhatikan sedemikian rupa," ucap pria yang akrab disapa Dodo tersebut.

penyimpanan kain batik
Kain batik harus disimpan dalam kondisi yang tepat. (foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

Lebih jauh Dodo menjelaskan suhu penyimpanan ruangan harus stabil dengan kisaran angka 22 hingga 26 derajat celsius. Adapun untuk kelembapannya berada di angka 40% hingga 60%. "Kelembapannya tak boleh kurang atau lebih. Kalau kurang bisa membuat kain berjamur," tuturnya.

Untuk pencahayaan kain, Dodo mengatakan jenis lampu yang ideal ialah lampu LED atau lampu yang menggunakan filter. "Pencahayaan yang terlalu terang atau panas bisa menurunkan warna pada corak batik," jelasnya.

Menyimpan batik pun tak bisa asal lipat. Ia menjabarkan teknik khusus yang perlu dilakukan agar kain awet. "Hal pertama yang harus diingat ialah kain jangan dilipat. Lipatan bisa membuat kain mudah rapuh," jelasnya.
Ratusan koleksi batik yang tersimpan di Museum Tekstil ia susun dengan cara digulung. Cara menggulungnya pun tak sembarangan. Ia menyiapkan sebuah pipa paralon yang dilapisi busa. Lembaran kain batik lalu diletakkan di atas busa tersebut dan digulung.

Gulungan batik yang telah dilapisi busa tersebut kemudian dilapisi selembar kertas bebas asam dan dilindungi kain blacu yang telah dicuci bersih. Cara tersebut dipercaya mampu menjaga ketahanan kain batik hingga bertahun-tahun. Meskipun demikian, tak tertutup kemungkinan ada kain yang rapuh termakan usia.

batik cirebon
Batik yang sudah rapuh dirawat dengan lebih teliti. (foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

Di Museum Tekstil, beberapa kain koleksi bahkan berusia ratusan tahun. Salah satunya ialah selembar batik dari Cirebon. Batik yang digunakan sebagai panji asli Kerajaan Cirebon tersebut telah ada sejak awal abad ke-19.

Usianya yang sudah tua membuat kain itu begitu rapuh dan harus dirawat sedemikian rupa. Di saat itulah metode kuratif ia lakukan. Dodo menjelaskan tindakan kuratif yang dilakukan pada kain yang telah rusak harus disesuaikan dengan tingkat kerusakan pada kain. "Untuk kain yang sudah rapuh harus di-backup dengan sebuah alas," jelasnya.

Ia lalu menunjukkan kain yang telah rusak dilapisi sebuah backup sebagai alas lalu dijahit bersama. Upaya tersebut dilakukan untuk menjaga dari kerapuhan yang lebih merusak.

BACA JUGA: Investasi Batik Tulis Bisa Raup Keuntungan Ratusan Juta Rupiah

Kain yang sudah rapuh juga biasanya tak lagi dicuci. Cara yang paling aman untuk membersihkan kotorannya ialah dengan di-steam. "Kain yang sudah rapuh atau yang tidak pernah tersentuh air akan disemprotkan dengan Aquades untuk merelaksasi kain," katanya.

Kain tersebut lalu dihamparkan dan dilapisi dengan kertas bebas asam untuk diangin-anginkan. "Lihat dari kondisi kain. Kalau kainnya rapuh, cukup di-steam dan ditaruh di freezer. Kalau kainnya kuat dan ada sedikit asamnya, kita cuci pakai lerak lalu diangin-anginkan. Kalau ada lubang kita tisiki sesuai pola kerusakan. Untuk kain yang kerusakannya parah harus dibackup," jabarnya.(avia)

BACA JUGA: Pesona Vintage di Kampung Batik Laweyan

Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan