Menyemai Kebaikan Mengajak Orang Terdekat Membantu Masyarakat Terdampak Pandemi

Andreas PranataltaAndreas Pranatalta - Kamis, 05 Agustus 2021
Menyemai Kebaikan Mengajak Orang Terdekat Membantu Masyarakat Terdampak Pandemi
Berbagi selagi bisa. (Foto: Unsplash/Joel Muniz)

HUKUM tabur tuai seolah menjadi pondasi bagi sebagian orang berbuat kebaikan. Terlebih di masa pandemi selama penerpaan PPKM Level 4. Ojek online, pedagang, supir angkot, tukang parkir, sampai pekerja terdampak pun mengalami kesulitan ekonomi dan harus memutar otak untuk menafkahi keluarga.

Gambaran kesulitan masyarakat di masa PPKM Level 4 tampak baik di dunia nyara maupu maya. Perpanjangan PPKM dari berstaus Darurat sampai Level 4 dan tak tahu ujungnya tersebut membuat banyak orang semakin kesulitan mencari sesuap nasi. Kondisi tesebut memecut banyak masyarakat memiliki rejeki lebih berinisiatif membuat gerakan saling berbagi.

Sejak berstatis Penerapan Sosial Berskala Besar (PSBB) di pertengahan 2020 lalu, rasa empati dan ingin melakukan wujud nyata membantu terdampak sudah mulai timbul di benak aku. Mengingat segala tantangan dihadapi sudah selesai dilakukan, seperti skripsi, lulus sidang skripsi, dan mengikuti ujian TOEIC di kampus. Selanjutnya, aku mulai berpikir, sepertinya ikini waktu paling tepat untuk membantu masyarakat mengalami kesulitan.

Baca juga:

Laporcovid-19 Sajikan Transparansi Data Agar Jagoan Negeri Aing Tak Pakai Peta Buta

pandemi
Proses mengemas sembako. (Foto: dok. pribadi)


Sekadar flashback, waktu zaman-zaman kuliah dulu dan sebelum ada pandemi, aku dan teman-teman satu sirkel memang sering berpartisipasi dalam kegiatan charity diadakan UKM atau organisasi. Bukan hanya sekadar mengincar poin demi kelulusan, kami memang merasa tergerak untuk membantu orang membutuhkan, seperti anak-anak di panti asuhan, para pedagang kaki lima, bahkan karyawan-karyawan di kampus memang perlu dibantu.

Setelah kami lulus dan masing-masing sudah bekerja, aku merasa rindu akan charity biasa dilakukan di kampus dulu. Di masa pandemi, Aku berpikir sepertinya jadi momen tepat untuk bisa kembali mewujudkannya. Aku lantas berinisiatif mengajak teman-teman lain melakukan penggalangan dana, berapa pun itu, untuk membantu masyarakat terdampak pandemi.

Dari sekian banyak orang aku ajak, hanya empat ingin berpartisipasi. Tidak masalah bagiku karena bukan seberapa banyak orang ikut, tapi seberapa besar niat baik mereka berpartisipasi. Memang sih nominalnya tidak sebanyak orang di luar sana, tapi setidaknya ingin kami bagikan bisa bermanfaat dan membuat masyarakat terdampak tersenyum.

Aku dan ibuku bertugas membeli sembako di pasar, seperti beras, mi instan, gula, minyak, hingga bumbu dapur lainnya karena teman-teman lain terlalu sibuk. Setelah semua sudah dibeli, giliran kami membaginya dalam kantong plastik dengan porsi sama rata.

Hari ditunggu-tunggu pun tiba. Kami mengelilingi lokasi menggunakan mobil dan memberikan paket sembako satu per satu kepada tukang parkir, tukang jual-beli barang bekas, tukang becak, hingga para pencari nafkah menggunakan kostum di lampu lalu-lintas. Entah kenapa hari itu aku merasa begitu tenang dan damai ketika melihat senyuman mereka saat menerima sembako dari kami. Kami pun saling mengucapkan terima kasih satu sama lain.

Beberapa bulan kemudian ketika aku lagi sibuk-sibuknya dengan pekerjaan di kantor, giliran teman-teman tersebut mengajak aku untuk kembali melakukan charity lagi. Hati mereka merasa tergerak setelah charity pertama lalu. Singkat cerita, kami pun kembali mengumpulkan dana dan membagikan kepada masyarakat terdampak.

Baca juga:

Kedai Kopi di Tangerang Sediakan Makan Siang Gratis Selama PPKM

pandemi
Mengelilingi beberapa titik menggunakan mobil. (Foto: dok. pribadi)

Di masa penerapan PPKM Darurat, membuat masyarakat seolah merasakan kembali masa-masa sulit, dalam grup chat WhatsApp kami, aku mengajak mereka untuk kembali berbagi tapi kali ini secara digital, mengingat kesibukan masing-masing, sehingga sulit bertemu.

Dalam kesepakatan kali ini, setiap individu bebas mau berbagi kapan saja dan tidak dibatasi. Aku sendiri punya prinsip setiap minggu harus berbagi dengan orang kesulitan di masa PPKM, baik secara digital atau langsung.

Sesekali terlintas dalam pikiran untuk ingin membagikannya di Instagram-ku sendiri, bukan bermaksud untuk pamer atau mendapat pujian, tapi agar suatu saat nanti bisa aku lihat kembali di Archive, dan paling penting agar orang lain ikut tergerak.

Beberapa hari lalu, aku mencoba membuat video bagaimana caraku berbagi makanan dengan ojek online. Caranya, aku pesan makanan di aplikasi pesan-antar, ketika makanan sudah siap, makanan tersebut diminta dibawa pulang saja untuk makan di rumah bersama keluarga pengemudi ojek. Mereka pun merasa senang dan mengucapkan terima kasih serta doa.

pandemi
Salah satu temanku yang ikut berbagi. (Foto: dok. pribadi)


Ketika video tersebut diunggah di Instagram Story, aku tidak menyangka tanggapan teman-temanku sangat positif dan mendukungku. Yang tak disangka-sangkanya lagi, mereka juga termotivasi untuk melakukan hal serupa saat itu juga.

Berbicara Jagoan di Negeri Aing, ada banyak orang berjasa di masa pandemi, seperti tenaga kesehatan, orang tua, para pedagang, pemerintah, bahkan pasien COVID-19. Namun, sering terlupa, diri kita sendiri sebenarnya juga termasuk jagoan. Kamu bisa menjadi jagoan dengan cara berbagi dari sedikit rezeki kepada orang membutuhkan. Mulai dari hal kecil saja dulu.

Ada baiknya isi hidup di dunia dengan melakukan hal bermakna, berjuang untuk membuat hidup lebih indah, dan berbuat baik tanpa ditunda-tunda. Ketika kita sudah tidak ada nantinya, kebaikan tersebut nantinya akan selalu diingat orang lain. (and)

Baca juga:

Saat Muka Politikus Lebih Besar Ketimbang Ucapan Kemenangan Ganda Putri Jagoan Negeri Aing

#Agustus Jagoan Negeri Aing #Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Andreas Pranatalta

Stop rushing things and take a moment to appreciate how far you've come.
Bagikan