BELAKANGAN ini kerusuhan di stasiun tersibuk di Indonesia semakin menjadi-jadi. Keluhan para anak kereta yang disebut 'anker' semakin ramai, terutama dari mereka yang terpaksa berganti kereta akibat adanya perubahan pola transit.
Pada Rabu (1/6), pengguna KRL disebut mendominasi. Hingga pukul 16.00 WIB, ada sebanyak 260.626 orang, sedangkan volume pengguna pada Senin-Selasa sebelumnya sebanyak 605.527 orang dan 611.410 orang.
BACA JUGA:
Disebut Presiden Jokowi Jadi Pangan Alternatif, ini Manfaat Kesehatan Sorgum
Menjelang pengembangan menjadi stasiun sentral atau hub, para penumpang masih kebingungan dan belum terbiasa berganti kereta berdasarkan pengaturan peron yang baru. Diberitakan, nantinya stasiun yang akan dijadikan stasiun sentral ini akan dibangun menjadi 18 peron.

Pihak VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba mengatakan banyaknya jumlah peron tersebut membuat pola transit di Stasiun Manggarai tidak memungkinkan jika tetap menggunakan cara manual, yaitu menyebrangi rel. Pasalnya, hal itu dapat menghambat laju kereta yang melintas dan mengancam keselamatan penumpang. Oleh karena itu, pola transit di stasiun ini diubah menjadi pola vertikal. Penumpang KRL, bila ingin transit, hanya perlu naik atau turun peron.
Untuk memudahkan mobilitas saat transit penumpang, telah disiapkan sejumlah tangga, eskalator, dan lift karena stasiun akan dibangun menjadi tiga lantai. Hingga akhir Mei, proses pembangunan Stasiun Manggarai sudah mencapai 60 persen dan sedang dilakukan pengerjaan switch over kelima (SO 5).
Stasiun Manggarai melayani perhentian KRL Commuter Line tujuan Jakarta Kota, Bogor, Tanah Abang, dan Bekasi. Nantinya, ketika menjadi stasiun sentral, Manggarai akan menggantikan Stasiun Gambir. Tidak akan ada lagi kereta jarak jauh yang masuk ke Gambir, Manggarai akan menjadi pemberhentian terakhir semua kereta jarak jauh.
Sejarah Stasiun Manggarai

Selain menjadi stasiun tersibuk, seperti beberapa stasiun di Jakarta, Manggarai telah ditetapkan sebagai cagar budaya karena mempunyai nilai sejarah yang tinggi.
BACA JUGA:
Bima Arya Keluarkan Aturan Baru Baju Dinas, Brand Lokal Makin Unjuk Gigi
Pembangunan Stasiun Manggarai dimulai pada 1914 yang dipimpin arsitek Belanda bernama Ir J Van Gendt. Selain stasiun, dibangun pula balai yasa dan rumah-rumah dinas pegawai perusahaan kereta api negara, Staatssporwegen (SS). Pada 1 Mei 1918, Stasiun Manggarai diresmikan.
Sebenarnya pada waktu peresmian, stasiun ini masih jauh dari selesai, karena sang arsitek, Van Gendt merancang tiang peron berbahan baja. Namun, karena Perang Dunia I bergejolak, pasokan baja dari Eropa tidak datang sehingga digunakan kayu jati sebagai pengganti tiang peron.
Bertepatan ulang tahun ke-50 SS, perusahaan ini mengoperasikan kereta listrik pertama kali dengan lintas Jakarta-Tanjung Priok. SS melanjutkan proyek elektrifikasi sampai Stasiun Manggarai yang rampung pada 1 Mei 1927.
Beberapa peristiwa sejarah terjadi di lokasi ini. Stasiun Manggarai merupakan stasiun awal keberangkatan pemindahan ibu kota sementara ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946. Segala persiapan rahasia untuk perjalanan presiden dan wakil presiden kala itu dilaksanakan di stasiun ini.
Selain itu, Panglima Besar Jenderal Soedirman pernah singgah di Stasiun Manggarai dalam rangka menghadiri perundingan gencatan senjata di Jakarta. Kedatangan Sang Panglima dan rombongan di Stasiun Manggarai pada 1 November 1946 disambut sorak sorai rakyat Indonesia.(aru)
BACA JUGA: