MerahPutih.com - Aksi provokasi yang terus dilakukan sejumlah orang dinilai bisa bisa membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Kementerian Agama mengingatkan kebhinekaan Indonesia sebagai pemersatu bangsa.
"Mari bersyukur atas kebhinekaan kita, dan merawatnya dengan penuh kebahagiaan dan sukacita. Indonesia milik kita, tidak boleh ada kelompok orang yang merasa hebat lalu unjuk kekuatan dengan tidak menghormati aturan yang ada. Itu bukan gaya masyarakat Indonesia dan bisa merusak sendi kehidupan berbangsa," tegas Menteri Agama Fachrul Razi di Jakarta, Selasa (17/11).
Ia mengajak, seluruh warga negara terutama tokoh agama, menunjukan akhlak mulia yang diajarkan setiap agama. Semua agama di Indonesia tidak mengajarkan gaya-gaya yang arogan dan unjuk kekuatan.
Baca Juga:
Dampak Berbahaya dari Penegakan Protokol Kesehatan yang Semakin Kendor
Semua agama, tegas ia, mengajarkan kesantunan dan ahlak terpuji. Menjadi pemimpin adalah amanah, dan tidak seharusnya melakukan tindakan provokatif.
"Ajak umat untuk bersama, bergandengan tangan menjaga NKRI dan kebhinekaan Indonesia," jelas mantan Wakil Panglima TNI ini.
Menurutnya, penduduk Indonesia saat ini mencapai 270 juta. Maka, seberapapun besar jumlah anggota organisasi di negeri ini, tidak lebih besar dari jumlah penduduk Indonesia.
Ia mengatakan, jika masih ada banyak organisasi yang arogan masih anggotanya juga tidak kalah banyak dan meminta jangan teriakkan hal-hal yang memicu sentimen keagamaan dan pemahaman agama serta mengedepankan keteladanan untuk tegaskan persatuan.

"Jumlah yang ada bukan untuk unjuk kekuatan, tapi untuk dioptimalkan dalam meneguhkan cinta kedamaian dan ketenangan dalam negara NKRI ini," pesan Menag.
Sementara itu, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid menilai, ulama itu mesti menjaga pernyataanya. Seharusnya, setiap tokoh masyarakat memberikan contoh yang baik kepada pengikutnya, baik pada ucapan maupun tindakan.
"Ulama sebagai pewaris nabi, harus mencontoh akhlak nabi yang selalu menghormati dan memuliakan orang lain, meskipun orang tersebut berbeda keyakinan bahkan orang tersebut sering menghina, merendahkan (meludahi), dan memusuhinya," ucap Zainut. (Knu)
Baca Juga:
Langkah Kapolri Copot Kapolres hingga Kapolda Dinilai Tepat