TELEVISI bukan lagi menjadi teknologi yang baru bagi para generasi Z (kelahiran 1997-2009) dan generasi Alpha (kelahiran 2010-2024) yang lahir pada rentang usia 1997 sampai 2012. Bahkan, kehidupan sehari-hari mereka setidaknya ditemani oleh dua layar biru mulai dari televisi, tablet, dan ponsel pintar.
Pesatnya perkembangan teknologi memang membuat para generasi muda semakin melek informasi dan pengetahun. Sayangnya ada risiko yang harus ditanggung oleh orangtua jika anak-anaknya sudah mengenal dunia digital terlalu dini.
Baca juga:
4 Penyakit yang Berisiko Menyerang Milenial dan Generasi Z Gaul Jakarta

Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa membiarkan anak-anak nonton televisi terlalu sering bisa membuat orangtuanya lebih stres. Apa alasannya?
Iklan, iklan, dan iklan menjadi salah satu sumber penghasilan terbesar dari perusahaan televisi. Tidak heran, iklan sangat sering muncul ketika kamu sedang menonton televisi. Nah, banyaknya iklan di televisi-lah yang menjadi sumber stres dari para orangtua ini.
Dilansir dari Daily Mail, para peneliti di University of Arizona bertanya kepada lebih dari 430 orangtua yang memiliki anak berusia antara 2-12 tahun. Mereka meneliti kebiasaan menonton anak dan tingkat stres orangtuanya.
Semakin sering anak-anak mereka menonton televisi, semakin banyak juga iklan yang mereka tonton. Para orangtua pun mengeluh karena anak-anak jadi banyak meminta barang-barang yang diiklankan di televisi ketika sedang jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Jika keinginannya tidak dikabulkan, fenomena ini juga bisa menimbulkan konflik antar anak dan orangtua.
Baca juga:
Bukan Berkeluarga, Ini 3 Prioritas Gen Z dan Milenial Menurut Survei

'Konten komersial hadir karena satu alasan: untuk menciptakan perilaku pembelian (konsumerisme)", ungkap Dr. Matthew Lapierre selaku ketua tim peneliti University of Arizona. Selain berdampak pada anak-anak, fenomena ini juga terbukti menjadi penyebab orangtua tambah stres.
Untuk menangani perilaku konsumerisme terhadap anak-anak, para peneliti tersebut mengimbau orangtua untuk membatasi waktu menonton televisi. Dampak buruk dari perilaku konsumerisme pun perlu menjadi bahasan. Para orangtua bisa mengajarkan betapa sulitnya mencari uang.
"Lihat nih, papa/mama setiap hari pergi pagi pulang malam dan enggak bisa main terus sama kamu. Kenapa? Karena harus mencari nafkah. Makanya, tidak bisa sembarangan membeli barang yang tidak perlu," bisa menjadi salah satu contoh penyampaian untuk anak terkait perilaku konsumerisme. (SHN)
Baca juga: