Parenting

Menjadi Orangtua yang Baik di Era Media Sosial

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Selasa, 30 Agustus 2022
Menjadi Orangtua yang Baik di Era Media Sosial
Cara orangtua mengelola penggunaan media sosial anak-anak mereka sangat beragam. (Foto: freepik/tirachardz)

STUDI baru yang diterbitkan dalam jurnal akademik Current Opinion in Psychology, menawarkan jalan keluar bagi orangtua yang mencari cara lebih baik untuk menavigasi dunia penggunaan media sosial remaja baru-baru ini.

Penulis penelitian berpendapat, adalah mungkin bagi orangtua untuk menempatkan pagar pembatas yang mengurangi kecemasan dan depresi remaja akibat konsumsi media sosial yang berlebihan, serta meminimalkan efek negatif dari cyber bullying atau perundungan daring.

Berikut adalah ikhtisar rekomendasi penelitian tersebut seperti dilansir Psychology Today, Minggu(28/8). Rekomendasi pertama, biasakan diri dengan berbagai gaya pengasuhan dalam menangani media sosial. Cara orangtua mengelola penggunaan media sosial anak sangat beragam.

Baca juga:

Instagram Bagikan Tips Bermedia Sosial yang Aman

Menurut penulis penelitian, ada empat pendekatan umum yang dilakukan orang tua saat memantau penggunaan media sosial remaja:

- Mendukung otonomi: pendekatan ini memberikan alasan perkembangan yang sesuai untuk aturan media sosial dan menganggap serius perspektif remaja.

- Otonomi-restriktif: pendekatan ini memberikan aturan secara tegas dan keras, tanpa banyak menghargai perspektif remaja.

- Tidak konsisten: strategi ini, atau dapat dikatakan kurangannya strategi, terjadi ketika orangtua secara acak mengubah batasan, peraturan, atau diskusi mereka tentang media sosial.

- Permisif: pendekatan ini menghindari bimbingan dan diskusi dan memberikan batasan atau aturan yang tidak banyak.

Menjadi Orangtua yang Baik di Era Media Sosial
Remaja melaporkan penggunaan yang kurang bermasalah ketika orangtua menggunakan lebih banyak pemantauan. (Foto: freepik/freepik)

Ada juga gaya lainnya, beberapa orangtua mempraktikkan 'pengawasan media sosial', di mana mereka mengawasi penggunaan pada remaja. Misalnya, dengan menggunakan perangkat lunak pelacak, menyimpan kata sandi media sosial anak, atau memeriksa profil media sosialnya.

Sementara itu, para peneliti membagi pengawasan media sosial anak menjadi dua sub-kategori: 'pengawasan otoriter' (mengakses akun dan kata sandi media sosial) dan 'inspeksi non-intrusif' (menjelajahi profil). Ada juga kasus 'penggunaan bersama', di mana orangtua dan anak-anak menggunakan media sosial bersama-sama.

Sebelum mencoba memperbaiki gaya pengasuhan media sosial pada anak, penting untuk merenungkan perilaku media sosialmu sendiri saat ini dan bagaimana hal itu dapat dirasakan oleh anak.

Apakah kamu mendukung otonomi atau membatasi otonomi? Apakah aturan kamu tidak konsisten atau permisif? Apakah kamu menggunakan media sosial bersama dengan anak? Apakah kamu mempraktikkan beberapa bentuk pengawasan media sosial?

Baca juga:

Tasya Kamila Bagikan Tips Aman Menggunakan Media Sosial

Pendekatan yang tegas

Rekomendasi kedua adalah pendekatan yang lebih tegas. Ini mungkin merupakan pendekatan yang lebih baik. Meskipun tidak ada jawaban yang benar untuk pertanyaan tentang bagaimana menjadi orangtua di era media sosial, sebagian besar data menunjukkan bahwa pendekatan yang lebih aktif menghasilkan hasil yang lebih baik daripada pendekatan pasif.

Para penulis penelitian menyatakan, “Secara keseluruhan, penelitian menemukan bahwa remaja melaporkan penggunaan yang kurang bermasalah ketika orangtua menggunakan lebih banyak pemantauan, mediasi yang membatasi atau aktif, atau aturan internet dan ponsel yang ketat.”

Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa remaja menghabiskan lebih sedikit waktu menggunakan media sosial ketika orangtua menerapkan pendekatan yang mendukung otonomi. Bukti lain mengungkapkan bahwa remaja menunjukkan lebih banyak kecemasan dan gejala depresi ketika orangtua menggunakan gaya yang lebih membatasi otonomi.

Menjadi Orangtua yang Baik di Era Media Sosial
Orangtua harus tetap terinformasi, sebagaimana media sosial berkembang, begitu pula panduannya. (Foto: freepik/freepik)

Sebaliknya, gejala menjadi lebih sedikit ketika orangtua menerapkan gaya yang mendukung otonomi.

Dengan kata lain, ada sesuatu yang bisa dikatakan untuk menciptakan lingkungan keluarga di mana dialog media sosial antara anak-anak dan orangtua adalah jalan dua arah yang mendukung, tetapi sambil mempertahankan aturan ketat untuk membatasi konsumsi berlebihan dan aktivitas media sosial yang bermasalah.

Tentu saja, ada kontra-argumen untuk garis pemikiran ini. Satu studi yang diterbitkan di Frontiers in Psychology, menemukan bahwa sikap yang lebih membatasi akses media sosial dikaitkan dengan peningkatan risiko 'kecanduan jejaring sosial'.

Apa yang harus dijelaskan adalah bahwa sementara beberapa pendekatan rata-rata bekerja lebih baik daripada yang lain, keadaan individu harus diperhitungkan ketika mengembangkan strategi pemantauan media sosial.

Terakhir, rekomendasi ketiga: tetap terinformasi, sebagaimana media sosial berkembang, begitu pula panduannya.

Banyak pertanyaan besar yang belum terjawab. Misalnya, masih belum jelas apakah jenis media sosial yang digunakan anak (baik daring, di ponsel, untuk bermain game, dll.) memengaruhi cara kamu, sebagai orangtua, yang harus mengelolanya.

Juga tidak jelas seberapa cepat efek negatif dari konsumsi berlebihan media sosial pada kesejahteraan anak dapat dihilangkan. Dapatkah orangtua mengharapkan perubahan haluan yang cepat dalam perilaku anak setelah mengubah arah, atau apakah efek negatifnya bertahan selama beberapa waktu?

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting ini. (aru)

Baca juga:

Tips Data Pribadi Aman di Media Sosial

#Parenting #Media Sosial #Tips Media Sosial
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.
Bagikan