'MEMILIKI terlalu banyak barang tidak sama dengan memiliki gangguan penimbun barang.'
Ada kesamaan antara kolektor dan penimbun yaitu sama-sama memiliki banyak barang yang disukai daripada barang yang dibutuhkan. Lalu merasa berat hati saat harus menyerahkan barang yang mereka miliki. Keduanya dapat mengisi rumah mereka dengan benda-benda pilihan mereka. Jadi dimana perbedaannya? Mengapa kita melihat yang satu sebagai hobi dan yang lainnya sebagai gangguan mental?
Gangguan penimbun barang dikenali sebagai salah satu penyakit gangguan mental. Hal tersebut dituliskan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA) di tahun 2013.
Baca Juga:

Melansir laman Lifehacker beberapa psikolog masih tidak yakin apakah mengumpulkan barang dapat berkembang menjadi penimbun atau sebaliknya, dan penyebab serta perawatan terbaik masih belum sepenuhnya dipahami.
Ciri-ciri utama gangguan penimbun barang adalah secara kompulsif memperoleh barang-barang atau benda apapun, mengalami kesulitan berpisah dengan barang-barang yang dimilikinya, dan tidak dapat mengatur serta mengorganisir dalam menyimpan, sehingga barang-barang ditimbun dengan terus menerus bertambah.
Sementara mengumpulkan atau mengkoleksi, cenderung lebih terkontrol. Kolektor mungkin masih kesulitan berpisah dengan barang favorit mereka, atau mungkin membeli lebih banyak barang daripada yang seharusnya. Tetapi mereka merawat koleksi mereka dengan hati-hati, mengatur dan mengaguminya.
Beberapa perbedaan lainnya sebagai berikut :
- Kolektor cenderung lebih terorganisir
Salah satu perbedaan terbesar antara kolektor dan penimbun adalah penimbun cenderung asal-asalan menumpuk barang di rumah mereka. Orang tersebut mungkin lupa atau tidak menyadari apa yang mereka miliki.
Kolektor, sebaliknya, biasanya mengatur temuan mereka. Benda berserakan di sekitar rumah. Namun mereka mungkin memiliki lemari atau ruangan yang didedikasikan untuk barang-barang yang dikumpulkan. Item dapat ditampilkan, diatur, atau disortir dengan cara tertentu.
Menurut penelitian yang mensurvei kolektor dan orang-orang dengan gangguan penimbun barang, 95% kolektor mengatur barang-barang mereka. Sementara kurang dari setengah penimbun mengatakan mereka tidak mengatur penyimpanan.
Baca Juga:

- Kolektor peduli dengan barangnya
Dalam studi yang sama, kolektor lebih cenderung mencari item tertentu dan berusaha mempelajari lebih lanjut tentang objek yang mereka kumpulkan. Sementara penimbun kebalikannya. Mereka cenderung melihat sesuatu dan memutuskan untuk mendapatkannya.
Kolektor cenderung memiliki tema untuk koleksinya dan memiliki rencana dengan benda yang dikumpulkannya itu. Hanya 55% kolektor mengatakan bahwa mereka mengumpulkan barang yang bisa mereka dapatkan secara gratis; 95% membeli item untuk melengkapi koleksinya. Sebaliknya, 70% penimbun mengumpulkan item gratis, dan 87% membelinya.
- Penimbun mengganggu kehidupan sosial dan rumah tangga
Kolektor dapat bersosialisasi dengan orang lain tentang hobinya, berteman dengan kolektor, lain dan mendiskusikan barang-barang yang mereka kumpulkan. Studi ini juga menemukan bahwa kolektor lebih cenderung menikah dan memiliki kehidupan sosial yang sehat.
Di sisi lain, penimbun lebih cenderung menarik diri dari lingkungan sosial. Akibatnya mereka kerap mengalami masalah di berbagai lingkungan yang dekat dengan dirinya. Penimbun juga merasa tertekan dengan kekacauan mereka buat sendiri.
Sedangkan kolektor lebih cenderung membuka diri kepada orang lain dan bercerita tentang koleksinya. Kemudian memfungsikan ruangan dengan sebaik-baiknya demi pengaturan koleksinya. Sementara penimbun malah sebaliknya yang membuat ruangan di dalam rumah beerantakan.
Para penimbun cenderung mengalami kesulitan dalam pekerjaan, sosial, atau kehidupan rumah tangga akibat kebiasaannya itu. Kegiatan menimbun barang itu membuat fungsi-fungsi di dalam rumah mati. Seperti dapur yang tak dapat lagi digunakan untuk memasak karena penuh timbunan barang.
Perawatan untuk gangguan penimbun biasanya melibatkan terapi bicara seperti teknik terapi perilaku-kognitif. Kecemasan yang mendasari tentang membuang barang atau tidak 'membuang-buang' barang bisa jadi sulit untuk dihilangkan. (DGS)
Baca Juga: