Mengungkap Faktor Penyebab Konflik Antara Ibu dan Anak Perempuan
HUBUNGAN antara ibu dan anak, nyatanya tidak selalu berjalan dengan baik. Hal-hal sederhana seperti menaruh handuk sembarangan dapat menjadi konflik diantara keduanya. Bahkan tidak lengkap rasanya hari-hari tanpa ocehan seorang ibu.
Menurut kosoling konflik antara ibu dan anak perempuannya tidaklah sesederhana itu. Ada beberapa hal yang menjadikan konflik antara keduanya sering terjadi, salah satunya adalah hormon. Hormon sering kali disalahkan sebagai penyebab masalah hubungan antara keduanya, entah itu hormon remaja, hormon hamil, atau hormon menopause.
Baca Juga:
Alasan umum lainnya adalah adanya sifat kepribadian yang berbeda atau mirip. Namun hal itu belum bersifat pasti karena ternyata pandangan masyarakatlah yang membuat ibu dan anak perempuan sering mengalami konflik. Budaya sosial seperti patriarki menjadi akar penyebab sebagian konflik hubungan ibu dan anak perempuan dalam berbagai budaya di seluruh dunia.
Itu terjadi karena peran gender yang sangat besar dalam menentukan hidup dan kekuasaan. Dimana seorang perempuan hidupnya cenderung lebih dibatasi dan sulit untuk melakukan segala hal yang diinginkannya.
Selain itu, sistem kepercayaan patriarki juga memandang perempuan sebagai pengasuh, bukan penerima perawatan. Keluarga yang menganut budaya patriarki cenderung mengharapkan ibu dan anak perempuan menjadi pengasuh yang tidak mementingkan diri sendiri, berkorban, dan mengabaikan diri sendiri.
Baca Juga:
Budaya patriarki yang terus terjadi dengan cara turun-menurun, menjadikan mereka tidak akan pernah hilang. Maka tak heran banyak perempuan yang kini memberontak dan menginginkan kebebasan yang juga dimiliki oleh laki-laki, menuntut adanya kesetaraan gender.
Kini, seiring berjalannya waktu budaya patriarki pun mulai berkurang, kewajiban untuk menjaga dan merawat rumah serta anak bukanlah menjadi tanggung jawab seorang ibu, melainkan keduanya. Bukan hanya itu, pada saat ini sudah banyak perempuan karier yang juga menjadi seorang ibu rumah tangga. Membuktikan kalau seorang perempuan juga dapat melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan oleh seorang laki-laki.
Walaupun demikian, hingga saat ini masih ada beberapa orang yang menganggap kalau seorang perempuan hanya bertanggung jawab di dapur dan tidak penting untuk mendapatkan pendidikan. (nbl)
Baca Juga: