Menguak Sejarah Kuliner Docang dan Suguhan Racun untuk Para Wali

Widi HatmokoWidi Hatmoko - Senin, 20 Februari 2017
Menguak Sejarah Kuliner Docang dan Suguhan Racun untuk Para Wali

Kuliner docang khas Cirebon. (MP/Mauritz)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

Docang adalah kuliner khas Cirebon yang sedap jika disajikan pada pagi hari. Docang juga merupakan kuliner legendaris dan memiliki sejarah yang ada hubungannya dengan wali songo, penyebar agama Islam di Jawa.

Salah seorang penjual Docang Cirebon, Mang Taro, menuturkan, penjual docang di Cirebon ini umumnya adalah turun-temurun, termasuk dirinya. Ia juga meriwayatkan, berdasarkan cerita kakek neneknya, munculnya kuliner docang ini bermula ketika ada seorang pangeran yang sangat membenci para wali, karena menyebarkan agama Islam hingga pelosok-pelosok Jawa, yang kala itu di sebuah tempat di wilayah Cirebon.

Pangeran itu berencana untuk meracuni para wali. Sehingga, sang pangerang jahat itu membuat jenis makanan baru dari sisa-sisa makanan para sultan yang tidak habis. Makanan yang sudah dibubuhi racun itu dihidangkan untuk para wali yang sedang berkumpul di Masjid Agung Keraton Cirebon. Ajaibnya, racun yang dicampurkan ke dalam docang tersebut tidak berpengaruh. Malah, setelah memakan docang itu, para wali justru menyukai masakan tersebut.

"Itu awal mulanya docang menjadi salah satu kuliner Cirebon yang banyak disukai," ujarnya kepada merahputih.com.

Dari cerita tersebut, docang menjadi makanan asli Kota Cirebon karena dikenal sebagai makanannya para wali. Apalagi saat puasa dan Maulid Nabi Muhammad SAW, pedagang docang banyak berkumpul di sekitar Masjid Agung dan keraton. Dan ini sudah terjadi sejak zaman dulu, secara turun-temurun.

"Kalo bulan puasa banyak pedagang docang yang jualan di sini (kompleks Keraton Kasepuhan)," pungkasnya.

Artikel ini berdasarkan liputan Mauritz, kontributor atau reporter merehputih.com yang bertugas di wilayah Cirebon, Kuningan dan sekitarnya.

#Kuliner Khas Cirebon #Kuliner Tradisional #Festival Pesona Cirebon 2016
Bagikan
Ditulis Oleh

Widi Hatmoko

Menjadi “sesuatu” itu tidak pernah ditentukan dari apa yang Kita sandang saat ini, tetapi diputuskan oleh seberapa banyak Kita berbuat untuk diri Kita dan orang-orang di sekitar Kita.

Berita Terkait

Kuliner
Mengicip Itak Pohul-Pohul khas Sumatra Utara, Kehangatannya Bawa Ingatan akan Rumah
Itak Pohul-Pohul sering disajikan dalam acara adat Batak, Marhusip.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 19 Desember 2024
Mengicip Itak Pohul-Pohul khas Sumatra Utara, Kehangatannya Bawa Ingatan akan Rumah
Bagikan