Mengonsumsi Serangga Bisa Menjaga Bumi
Serangga menjadi salah satu alternatif sumber protein yang ramah lingkungan. (Foto: Pexels/Laura Parenti)
MENGONSUMSI serangga memberikan manfaat tersendiri. Beberapa jenis serangga bahkan menjadi populer di seluruh dunia karena nilai nutrisi yang terkandung di dalamnya.
“Saya telah memakan serangga di banyak negara: rayap, kalajengking, larva kumbang, belalang, ulat sutera. Semuanya sangat umum,” kata ahli entomologi Jeff Tomberlin dikutip dari CNN. Ia menceritakan pernah memakan ulat bambu yang digoreng seperti kentang goreng dan rayap yang diasapi serta dihidangkan sebagai hidangan pembuka.
Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), kelompok serangga yang paling sering dimakan secara global adalah semut, kumbang, lebah, ulat, jangkrik, capung, lalat, belalang, serangga daun, rayap, dan tawon. Akan tetapi, Wageningen University and Research di Belanda mengatakan lebih dari 2.100 serangga yang dapat dimakan di dunia ini.
Dilansir webmd.com, banyak serangga memiliki kandungan nutrisi yang kaya. Salah satunya adalah jangkrik dewasa yang bisa menjadi sumber zat besi, protein, dan vitamin B12. Selain itu, rayap di Afrika dikenal sebagai makanan yang kaya akan protein, asam lemak, zat besi, dan kalsium.
Di sisi lain, dikutip dari World Economic Forum, mengosumsi serangga juga dapat mengurangi jejak karbon secara signifikan. Mengonsumsi serangga dapat menghasilkan protein berkualitas dalam jumlah yang setara dengan konsumsi hewan. Serangga juga membutuhkan perawatan dan pemeliharaan lebih sedikit daripada hewan ternak.
Hewan ternak, seperti sapi dan kambing membutuhkan lahan dan air yang cukup banyak, sehingga menjadi salah satu faktor kerusakan lingkungan. Menurut New York Times, daging dan produk susu memiliki dampak yang sangat besar karena menyumbang sekitar 14,5 persen dari gas rumah kaca setiap tahunnya. Sumbangan emisi tersebut sama dengan emisi dari semua mobil truk, pesawat terbang, dan kapal yang digabungkan di dunia saat ini.
Menurut World Economic Forum, pada tahun 2050 bumi akan memiliki hampir 10 miliar orang, sehingga permintaan protein akan melebihi kemampuan produksinya. Tanpa protein, tubuh manusia tidak dapat menghasilkan beberapa asam amino esensial yang kita butuhkan untuk hidup. Untuk kelangsungan hidup jangka panjang, manusia perlu meningkatkan hasil makanan dan menurunkan emisi karbon pada saat yang bersamaan. (vca)
Bagikan
Berita Terkait
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas