SETIAP anak yang terlahir ke dunia membawa bakat dan potensi. Begitu juga anak yang terlahir dengan down syndrome. Mereka juga terlahir dengan bakat istimewa. Begitu banyak anak dengan down syndrome unggul di bidangnya masing-masing.
Seperti Stephanie Handoyo yang berhasil meraih medali emas untuk cabang olahraga renang di World Summer Games di Athena untuk nomor 50 meter gaya dada. Bakatnya yang luar biasa di olahraga renang membuatnya mendapat kesempatan sebagai pembawa obor Olimpiade London 2012. Tak hanya itu, perempuan berusia 26 tahun ini juga mampu memainkan 22 lagu dengan piano tanpa henti. Kemampuannya tersebut membuat ia meraih rekor MURI pada 2009.
Untuk menggali potensi anak-anak down syndrome, dibutuhkan ketajaman observasi. Para orang tua dan pendidik diharapkan mampu untuk melihat apa yang mereka sukai dan apa yang mereka kurang sukai. Para orang tua dan pendidik juga harus mengetahui kelebihan-kelebihan yang ada dalam diri masing masing.
"Jika kita sudah mengetahui hal ini, kita dapat lebih mudah untuk mengembangkan dan mengasah kelebihannya tersebut," ujar Psikolog Rena Masri saat diwawancarai di Klinik Medifa, Rabu (21/3).

Rena menyampaikan satu contoh anak down syndrome yang dilatih kemampuannya. Sejak kecil, orang tuanya memperhatikan bahwa anak ini sangat detail dan bersih kalau diminta tolong untuk bersih bersih, seperti menyapu, mengelap kaca, dan lain sebagainya.
Orang tua tersebut terus mengasah kemampuan anaknya untuk membersihkan dan mencuci. Anak tersebut diarahkan untuk mulai mencuci motor dan mobil. Berdasarkan observasi orang tuanya, anak ini terlihat senang jika sedang mencuci motor dan mobil. Pada akhirnya orang tua membukakan jasa pencucian motor agar anaknya dapat mulai belajar mandiri, bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri.
"Itu merupakan contoh dimana orang tua benar benar tahu kesukaan anaknya dan dapat memfasilitasi kebutuhan anaknya. Sehingga anaknya bisa menjadi anak yang mandiri walaupun dengan gangguan down syndrome," jelas Rena.
Hal tersebut juga berlaku jika semenjak kecil orang tua sudah mulai melihat misalnya anaknya suka musik, melukis, atau suka memasak, dan lain-lain. "Orang tua bisa mulai mengarahkan dan memfasilitasinya sehingga kelak anak bisa menguasai hal yang disukainya itu dengan lebih baik," tutur Rena.
Jika anaknya terlihat suka memasak, orang tua bisa mulai mengikutsertakan anak ketika sedang memasak. Orang tua juga bisa mengajari anak untuk melihat resep misalnya di Youtube dengan pengawasan dan pendampingan orang tua.
"Jangan lupa untuk memberikan reward kepada anak jika anak berhasil memasak sesuatu," ucap Rena.
Reward tidak harus berupa barang. Ketika melakukan sesuatu dengan baik, anak bisa mendapatkan pujian, bermain sepeda, berenang bersama, dan kegiatan menyenangkan lainnya.
Contoh lain, jika anak terlihat suka memukul mukul apapun barang yang ditemuinya, orang tua bisa memasukkan anak ke dalam kelas musik drum.
"Kita lihat bagaimana respon anak. Jika ia suka dan senang, kita bisa teruskan les tersebut sehingga anak menjadi lebih baik dan ahli bermain drum," jelas Rena. (avia)