Mengenang "Pak Raden" dan Pengaruh Dongeng pada Dunia Anak-anak

Widi HatmokoWidi Hatmoko - Minggu, 19 Maret 2017
Mengenang
Drs Suyadi atau Pak Raden

Senin, 20 Maret 2017 adalah "World Storytelling Day" atau Hari Dongeng Internasional. Peringatan hari dongeng sedunia ini berakar dari hari nasional mendongeng di Swedia. Pada masa itu, kegiatan tersebut berlangsung pada 20 Maret, yang disebut “Alla berattares dag” (All storytellers day).

Pada 20 Maret tahun 1997, para pendongeng di Perth, Australia Barat mengggelar "Celebration of Story", sebagai "International Day of Oral Narrators". Di masa yang sama, di Meksiko dan negara lainnya di Amerika Selatan, 20 Maret juga telah diperingati sebagai "National Day of Storytellers".

Meskipun pada tanggal 20 Maret diperingati sebagai "World Storytelling Day", bukan berarti di Indonesia tidak mempunyai hari besar untuk para pendongeng. Hari dongeng di Indonesia diperingati bertepatan dengan hari kelahiran Drs. Suyadi, atau lebih dikenal dengan Pak Raden.

Suyadi yang wafat pada tanggal 30 Oktober 2015 lalu, adalah mencetus boneka Si Unyil, yang populer pada era 80-an, dan di recycle dengan format baru di era 2000-an oleh salah satu televisi swasta di Indonesia.

Dia juga merupakan lulusan seni rupa Institut Teknologi Bandung (1952-1960) lalu meneruskan belajar animasi ke Perancis. Suyadi juga pernah didaulat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk menjadi ilustrator buku pelajaran.

Film cerita Boneka Si Unyil yang sudah sangat melegenda di kalangan masyarakat, terutama di dunia anak-anak ini adalah cermin kehidupan masyarakat Indonesia, di mana realitas kehidupan priayi Jawa yang diperankan oleh Suyadi sendiri menjadi simbol sebuah feodalisme masih melakat dalam kehidupan masyarakat.

Sementara, tokoh Si Unyil, adalah teladan seorang anak yang arif, pandai dan patuh terhadap ajaran dan petuah orang tua. Apa yang disuguhkan dalam tayangan film Boneka Si Unyil ini juga, memperlihatkan bahwa dalam keberagaman watak dan perilaku dalam setiap tokoh, seperti Pak Ogah, Bu Bariah dan Pak Ableh serta orang-orang di kampung Si Unyil, hidup rukun berdampingan dan saling tolong-menolong.

Drs. Suyadi patut mendapatkan anugerah sebagai tokoh dongeng yang mampu membuat anak-anak di Indonesia pada era-nya, terhipnotis dan berlomba-lomba untuk mengikuti karakter idolanya yang digagas oleh Suyadi. Sebagai generi penerus, kita hanya bisa berharap akan muncul generasi-generasi pendongen "kekinian"yang terus memberikan warna kepada anak-anak di Indonesia..

Karena, mendongeng tidak sekadar bisa membuat anak-anak gembira, ataupun terkekeh-kekeh. Namun lebih dari itu, mendongeng bisa mengembangkan daya imajinasi anak, meningkatkan keterampilan dalam berbahasa, membangun kecerdasan emosional anak, serta membangun rasa empati kepada sesama.

#Dongeng #Hari Dongeng Nasional
Bagikan
Ditulis Oleh

Widi Hatmoko

Menjadi “sesuatu” itu tidak pernah ditentukan dari apa yang Kita sandang saat ini, tetapi diputuskan oleh seberapa banyak Kita berbuat untuk diri Kita dan orang-orang di sekitar Kita.
Bagikan