Manjo ka Tanah Minahasa

Mengenang Perang Palagan Manado: Ketika Rakyat Minahasa Campakkan Kekuatan Sekutu

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Selasa, 18 September 2018
Mengenang Perang Palagan Manado: Ketika Rakyat Minahasa Campakkan Kekuatan Sekutu
Perjuangan masyarakat Minahasa. (Sumber: tropenmuseum.nl)

DALAM penulisan historiografi Indonesia, kisah pertempuran Palagan Manado sering kali terlewati begitu saja. Catatan babak sejarah perjuangan hanya terfokus pada peristiwa penting di Jawa.

Beberapa peristiwa penting terabaikan, menurut Nino Oktorino dalam Hancurnya KNIL Minahasa, karena posisi wilayahnya merupakan daerah peroferi. "Membuatnya jarang tersentuh dalam penulisan sejarah nasional," tulisnya.

Selain itu, lanjut Nino, alasan terabaikannya penulisan sejarah di daerah terpencil lantaran kecenderungan melihat sejarah sebagai objek biner, hitam dan putih.

Palagan Manado, salah satunya, jarang sekali diteliti sebagai peristiwa penting masa awal kemerdekaan.

Rebut Kekuasaan Sekutu

Tentara KNIL Minahasa. (Sumber: kitlv.nl)

Meskipun Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, serangkaian peristiwa dan tragedi berdarah masih mewarnai perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan, salah satunya Perang Palagan Manado.

Terlepas dari peristiwa sejarah di wilayah tersebut sebelum kemerdekaan, latar belakang perjuangan yang melibatkan rakyat Manado, Tomohon, dan Minahasa ini bermula setelah Jepang secara resmi mengakui kekalahannya atas pasukan Sekutu.

Sebagaimana wilayah lain di Indonesia, Sulawesi yang sebelumnya diduduki tentara Jepang bakal diambil alih oleh pasukan Sekutu. Namun, pada 21 Agustus 1945 tentara Jepang yang ada di tempat tersebut telah menyerahkan wilayah Sulawesi pada E.H.W Palengkahu yang merupakan pembesar dari Barisan Pemuda Nasional Indonesia (BPNI).

Setelah peristiwa penyerahan tersebut, BPNI secara sembunyi-sembunyi melakukan kerja sama dengan tentara Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) untuk merebut kekuasaan dari tangan Sekutu.

"Padahal sebagaimana kita ketahui, KNIL merupakan barisan bersenjata yang dibentuk oleh Belanda," tulis Nino. Namun, pada masa tersebut anggota KNIL yang awalnya bertindak atas kepentingan Belanda telah menyadari dan berpihak pada tanah air mereka untuk melawan penjajah.

Untuk memperkuat kedudukan Republik Indonesia, para pemimpin dan pemuda menyusun pasukan keamanan dengan nama Pasukan Pemuda Indonesia yang dipimpin oleh Mayor Wuisan.

Hancurnya KNIL Minahasa sendiri adalah kisah tentang bagaimana aliansi panjang orang Minahasa-Belanda mencapai titik puncaknya, ketika mereka bahu membahu membela tanah Minahasa dan wilayah sekitarnya di Sulawesi Utawa.

Bendera Merah Putih pun dikibarkan di seluruh pelosok Minahasa hampir selama satu bulan, yaitu sejak tanggal 14 Februari 1946. Di pihak lain, Sam Ratulangi diangkat sebagai Gubernur Sulawesi dan mempunyai tugas untuk memperjuangkan keamanan dan kedaulatan rakyat Sulawesi. Ia memerintahkan pembentukan Badan Perjuangan Pusat Keselamatan Rakyat.

Sam Ratulangi membuat petisi yang ditandatangani oleh 540 pemuka masyarakat Sulawesi. Dalam petisi itu dinyatakan bahwa seluruh rakyat Sulawesi tidak dapat dipisahkan dari Republik Indonesia. Dengan adanya petisi tersebut, pada tahun 1946 Sam Ratulangi ditangkap dan dibuang ke Serui (Irian Barat). (*)

#Manjo Ka Tanah Minahasa #KNIL
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan