Mengenal Sejarah Lahirnya Tahun Hijriah

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Selasa, 10 Agustus 2021
Mengenal Sejarah Lahirnya Tahun Hijriah
Penetapan awal tahun hijriyah karena bertepatan dengan peristiwa hijrah. (Foto: Unsplash/Daniel Olah)

MASYARAKAT Arab sebelum kedatangan Islam belum menggunakan kalender hijriah. Mereka menggunakan kalender qamariyah yang berdasarkan peredaran bulan. Tanggal 1 ditandai dengan kehadiran hilal berdasarkan kesepatakan mereka.

Nama-nama bulan kala itu juga sama dengan yang kita kenal sekarang. Misalnya bulan Dzulhijah sebagai bulan haji, bulan rajab, ramadan, hingga syawal. Lalu Dzulqa’dah, Dzulhijah, Shafar Awal (Muharam), dan Rajab, bagi mereka merupakan bulan suci, sehingga mereka tidak melakukan peperangan.

Baca juga:

Sains Menjawab Kapan Lebaran Tiba

Namun, masyarakat Arab belum memiliki angka tahun pada saat itu. Mereka menamakan tahun berdasarkan peristiwa besar. Contohnya seperti tahun gajah, yaitu tahun ketika pasukan gajah dari Yaman oleh raja Abrahah menyerang. Kemudian ada tahun renovasi ka'bah, karena pada tahun itu ka'bah direnovasi akibat banjir.

Menurut Ustaz Ammi Nur Baits di laman konsultasisyariah.com, keadaan semacam ini berlangsung terus sampai zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Khalifah Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu. "Ketika itu, para sahabat belum memiliki acuan tahun. Acuan yang mereka gunakan untuk menamakan tahun adalah peristiwa besar yang terjadi ketika itu," demikian tulis Ustaz Ammi.

Pernah ada tahun Ka'bah. (Foto: Unsplash/Adli Wahid)

Uztaz Ammi melanjutkan ada beberapa nama tahun di masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti Tahun izin (sanatul idzni), tahun perintah (sanatul amri), Tahun tamhish (ampunan dosa) dan tahun zilzal (ujian berat).

Suatu ketika Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah. Di tahun ketiga ia menjabat sebagai khalifah, Umar mendapat sepucuk surat dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, yang saat itu menjabat sebagai gubernur untuk daerah Bashrah.

“Telah datang kepada kami beberapa surat dari amirul mukminin, sementara kami tidak tahu kapan kami harus menindaklanjutinya. Kami telah mempelajari satu surat yang ditulis pada bulan Sya’ban. Kami tidak tahu, surat itu Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin," kata Abu Musa di surat itu.

Setelah menerima surat tersebut, lantas Umar mengumpulkan para sahabat untuk bermusyawarah dan membahas penetapan tahun yang bisa jadi acuan. Salah satu sahabat mengusulkan menggunakan acuan tahun bangsa romawi. Namun, usulan ini tidak digunakan karena tahun romawi sudah tua.

Baca juga:

Mengisi Buku Kegiatan Ramadan Sangat Memorable

Lalu, seperti yang disebutkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak, dari Said bin al-Musayib, Umar bin Khattab mengumpulkan kaum muhajirin dan anshar radhiyallahu ‘anhum untuk menanyakan mulai kapan menulis tahun.

Kemudian, Ali bin Abi Thalib mengusulkan penulisan tahun disesuaikan dengan peristiwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah, dari Mekkah ke Madinah. Umar pun setuju dengan usulan tersebut dan menetapkan tahun peristiwa terjadinya Hijrah itu sebagai tahun pertama (al-Mustadrak 4287 dan dishahihkan oleh adz-Dzahabi). Karena bertepatan dengan peristiwa hijrah, kalender Islam ini pun juga dinamakan dengan kalender hijriah.

Muharam menjadi bulan pertama kalender hijriah. (Foto: Unsplash/Fahrul Azmi)

Pada musyawarah tersebut, Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu mengusulkan agar bulan pertama dalam kalender Hijriah adalah Muharam. Alasannya ada tiga. Pertama, Muharam merupakan bulan pertama damal kalender masyarakat Arab di masa lalu. Kedua, di bulan ini kaum muslimin menyelesaikan ibadah besar, yakni haji ke baitullah. Ketiga, tekad hijrah pertama kali muncul di bulan Muharam. Sejak saat itu, kaum muslimin memiliki kalender resmi, yaitu kalender hijriah, dan bulan Muharam sebagai bulan pertama dalam kalender tersebut.

Pada sistem penanggalan hijriah sebuah hari atau tanggal ditetapkan ketika matahari terbenam. Untuk penentuan awal bulan ditandai dengan munculnya penampakan bulan sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak).

Mengutip laman resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), ada dua cara untuk menentukan hilal, yakni rukyat dan hisab. Rukyat merupakan metode pemantauan lewat pandangan mata. Sementara metode hisab dilakukan berdasarkan perhitungan matematik astronomi.

Hilal memiliki bentuk seperti huruf 'U' dan posisinya menghadap titik matahari. Jika berbentuk huruf 'N', berarti bukan hilal. Bentuk ini hanya pandangan atau bentukan cahaya. Penentuan awal bulan memerhatikan faktor ketampakan atau visibilitas hilal. Kriterianya ialah elongasi bulan menjadi 6,4 derajat dan tinggi bulan minimal 3 derajat. (ikh)

Baca juga:

5 Tradisi Ramadan Unik dari Seluruh Dunia

#Islam #Tahun Baru Islam
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan