PRESIDEN Joko Widodo kembali mengenakan pakaian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sebelumnya, Jokowi mengenakan pakaian adat suku Sabu, NTT, saat menghadiri sidang tahunan dan sidang bersama di Gedung MPR/DPR, Jumat (14/8). Ketika itu, Presiden mengenakan pakaian adat Sabu dalam nuansa hitam. Amat pas sebagai representasi masa pandemi dan krisis saat ini.
Namun, untuk upacara peringatan HUT Ke-75 Kemerdekaan RI di Istana Negara, Presiden Jokowi memilih pakaian adat dari suku berbeda. Hanya saja, tetap dari NTT. Provinsi NTT dikenal memiliki beberapa pakaian adat yang berasal dari setiap suku di provinsi tersebut. Beberapa di antaranya suku Rote, Helong, Dawan, dan Sabu. Setiap suku punya busana adat. Tampilannya pun beda-beda.
BACA JUGA:
Makna Baju Adat yang Dikenakan Jokowi Saat Jadi Inspektur Upacara HUT RI
Pada Senin (17/8) pagi, Jokowi mengenakan pakaian adat dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Berbeda dengan dengan tampilan saat sidang bersama tahunan, Jokowi kali ini mengenakan kain tenun TTS berwarna terang. Kemeja putih lengan panjang, selendang bewarna dasar merah, kain senada, ikat pinggang emas, dan ikat kepala dengan warna dasar sama. Tak ketinggalan aksesori tas kecil untuk tempat sirih.
Pada Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Senin (17/8), Presiden @jokowi mengenakan pakaian adat Timor Tengah Selatan dari Provinsi Nusa Tenggara Timur.#HUTRI75 Sumber: BPMI Setpres pic.twitter.com/LsgVv2XHCk
— Sekretariat Kabinet (@setkabgoid) August 17, 2020
Kain tenun TTS yang dikenakan terlihat cantik. Sekretariat Presiden mengungkap baju adat yang dikenakan Jokowi merupakan kain motif Kaif berantai nunkolo. Motif tersebut sudah dimodifikasi dari bentuk belah ketupat (motif geometris) dengan batang tengah yang berarti sumber air, dan bagian pinggir bergerigi melambangkan wilayah yang berbukit dan berkelok-kelok.
Dalam Katalog Kain Tenun Tradisional Timor Tengah Selatan yang dikeluarkan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan TTS, disebutkan bahwa motif Kaif biasanya dikenakan pemimpin (raja) suku Amantun. Selain itu, kain motif ini juga dikenakan tokoh adat. Waktu pemakaian kain ini ialah saat upacara adat, acara resmi, dan resepsi pernikahan.
Keindahan kain tenun khas TTS sudah lama dikenal. Budaya tenun salah satu kebudayaan khas TTS yang unik dan berbeda dari daerah lainnya. Di sana, tenun dihasilkan menggunakan alat dan proses pengolahan tradisional. Kelompok-kelompok penenun kecil dengan mudah ditemui di kabupaten tersebut. Mereka umumnya menjual hasil tenun mereka.

Corak tenun TTS dibagi dalam tiga kelompok suku besar dan asli, yakni Amanuban, Amanatun, dan Mollo. Umumnya, ketiga motif itu diaplikasikan ke hasil tenun yang berupa selendang, sarung, dan selimut. Ketiga hasil tenun itu dipakai untuk tujuan berbeda. Selendang misalnya. Kain tenun selndang biasanya diberikan kepada pendatang sebagai ucapan selamat datang. Sarung biasanya digunakan para ibu. Sementara itu, selimut dikenakan kaum pria dewasa.
Butuh waktu untuk menyelesaikan kain tenun TTS. Selembar kain tenun butuh lebih dari sebulan untuk selesai. Kain tenun yang dihasilkan punya kerapatan benang yang tinggi. Selain itu, kain tenun asli TTS punya bebrapa kelebihan. Salah satunya ialah penguunanaan bahan alami. Benang yang digunakan untuk menenun diambil dan diolah langsung dari kapas di daerah tersebut.
Sementara itu, pewarnaan dilakukan dengan cara alami. Warna-warni indah pada kain tenun TTS ternyata didapat dari bahan alami. Warna biru, misalnya, didapat dari daun tarum. Warna kuning dihasilkan kulit pohon mengkudu, sedangkan warna putih didapat dari bubur jagung. Namun, kini beberapa tenun sudah mulai memanfaatkan benang emas atau benang pabrikan yang bisa ditemukan di toko tekstil. Hal itu disebabkan mulai berkurangnya bahan baku untuk kain tenun asli TTS.
Jadi tidak mengherankan jika kain tenun TTS ini memiliki nilai yang tinggi. Semakin rumit motif dan makin lebar kain tenunnya, makin mahal pula harga yang ditawarkan.(dwi)
BACA JUGA:
Terungkap, Alasan Presiden Jokowi Kenakan Baju Adat Suku Sabu