HERD immunity, istilah ini telah banyak digunakan sejak pandemi Corona dimulai. Dengan COVID-19 yang sekarang menjadi pandemi global, dan kasus-kasus virus Corona baru dikonfirmasi di 46 negara, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Mengikuti seruan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bagi negara-negara untuk "mengambil tindakan yang mendesak dan agresif", para pemimpin dunia mengadakan pembicaraan krisis dengan para pejabat kesehatan untuk mencari cara terbaik melindungi masyarakat dari virus Corona yang menyebabkan lebih dari 4000 kematian di seluruh dunia.
Baca juga:
Salah satu hal yang dibicarakan adalah herd immunity. Bagaimana hubungannya dengan COVID-19?
Dilansir dari laman health.com, herd immunity (juga dikenal sebagai community immunity) didefinisikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) sebagai situasi di mana proporsi populasi yang cukup kebal terhadap penyakit menular (melalui vaksinasi dan/atau penyakit sebelumnya) untuk membuat penyebarannya dari orang ke orang menjadi mustahil.

Dengan kata lain, di mana herd immunity ada, ketika banyak orang di suatu daerah divaksinasi atau sudah terinfeksi penyakit, akan lebih sedikit orang sakit, dan lebih sedikit kuman atau virus yang dapat menyebar dari orang ke orang.
CDC menambahkan bahkan orang yang tidak divaksinasi, seperti bayi yang baru lahir dan individu dengan penyakit kronis, memiliki beberapa tingkat perlindungan karena penyakit itu tidak dapat menyebar dalam masyarakat.
Teori di balik herd immunity adalah ketika seseorang mendapat vaksinasi, seseorang tersebut bukan hanya dilindungi dari infeksi, tetapi mereka tidak dapat menularkan penyakit ke orang lain. Herd immunity melindungi orang-orang yang tidak dapat divaksinasi karena sistem kekebalan tubuh mereka yang tidak cukup kuat. Maka dari itu, mereka paling rentan terhadap penyakit serius.
Baca juga:
Instagram Ambil Langkah Baru Untuk Perangi Penyebaran Hoax Tentang Corona
Contoh herd immunity melalui vaksinasi adalah wabah campak di antara anak-anak usia prasekolah di Amerika Serikat pada akhir 1980-an. Serangan wabah tersebut menurun lebih cepat. Peneliti yang meneliti hubungan antara kejadian campak dan cakupan imunisasi di antara anak-anak usia prasekolah menyimpulkan cakupan imunisasi sekitar 80% mungkin cukup untuk menghentikan wabah campak berkelanjutan di komunitas perkotaan.

Dilansir dari laman weforum.org, karena saat ini belum ada vaksin untuk COVID-19, jadi situasi herd immunity sedikit berbeda. Satu-satunya pilihan adalah pemulihan, yang berarti membiarkan sebagian besar orang terkena virus di beberapa titik.
Presiden Trump belum menyebutkan pendekatan ini. Namun di Inggris, yang memiliki 596 infeksi yang dikonfirmasi pada 12 Maret oleh BBC, Perdana Menteri Boris Johnson dilaporkan mempertimbangkan herd immunity ini sebagai strategi.
Jadi intinya, herd immunity itu memiliki dua cara, yaitu pemberian vaksin dan membiarkan orang terkena virus di beberapa titik. Namun, herd immunity masih menjadi rencana atau strategi karena terdapat risiko. (arb)
Baca juga: