Mengenal Halimah Yacob, Perempuan Presiden Pertama Singapura

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 13 September 2017
Mengenal Halimah Yacob, Perempuan Presiden Pertama Singapura
Halimah Yacob. (Foto: Youtube)

NAMA Halimah Yacob baru saja dinyatakan sebagai presiden terpilih Singapura. Ia menjadi perempuan presiden pertama di negeri jiran tersebut.

Dari tiga kandidat dari komunitas Melayu yang melaju dalam pemilihan, Halimah Yacob menjadi satu-satunya yang menerima sertifikat kelayakan untuk pemilihan presiden Singapura tahun ini. Dua kandidat lainnya, Mohamed Salleh Marican dan Farid Khan, tidak dapat melaju dalam pemilu, karena aplikasi mereka ditolak pada Senin (11/9).

Perempuan 63 tahun itu menjadi perempuan presiden pertama Singapura. Ia juga merupakan kepala negara pertama dari komunitas Melayu selama lebih dari 47 tahun. Setelah terpilih sebagai perempuan pertama yang menjabat ketua DPR di 2013, kemenangan Halimah dalam pemilihan presiden kali ini meruntuhkan semua pembatas yang ada.

Jalan menuju kursi presiden

Halimah terlahir sebagai bungsu dari lima bersaudara. Ayahnya meninggal ketika ia berusia delapan tahun. Sejak saat itu, ibunya lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Untuk menafkahi Halimah dan saudara-saudaranya, sang ibu membuka sebuah warung makan. itu merupakan pekerjaan sepanjang waktu, sebelum fajar menjelang hingga larut malam.

“Sejak usia 10 tahun, waktu di luar jam sekolah saya habiskan dengan membantu ibu. Bersih-bersih, mencuci piring, membersihkan meja, hingga melayani pelanggan. Semua pekerjaan itu membuat saya orang yang lebih baik,” tulis Halimah dalam laman resminya.

“Saya mengalami kemiskinan itu sendiri. Saya tahu bagaimana itu dapat melemahkan di saat Anda berjuang untuk bertahan. Untuk menyediakan makanan di meja dan bergulat dengan ketidakpastian akan masa depan. Selalu demikian setiap hari. Itu membatasi pilihan Anda, tapi di saat yang sama menempa tekad Anda untuk meraih kesuksesan.”

Dalam sebuah wawancara bersama Channel News Asia bulan lalu, Halimah menyebut masa susah itu sebagai momen terburuk dalam hidupnya. “Tapi aku berkata pada diriku, ‘berhenti berkubang kesedihan dan mengasihani diri, tegarlah dan tetap melangkah’,” ujar Halimah.

Halimah bersekolah di Tanjong Katong Girls’ School. Ia kemudian lulus dari Universitas Singapura dengan gelar sarjana hukum. Ia lalu melanjutkan menempuh gelar master di bidang hukum dari National University of Singapore.

Kariernya dimulai pada 1978 di National Trades Union Congress. Selama tiga dekade, Halimah menempati berbagai posisi di lembaga itu. Terakhir, ia menjabat wakil sektretaris jenderal gerakan buruh.

Pada 2001, mantan Perdana Menteri Goh Chok Tong mendesak Halimah untuk masuk ke dunia politik. Ketika itu, ia terpilih sebagai anggota parlemen perwakilan konstituen kelompok Jurong (GRC).

Sepuluh tahun kemudian, ia menjabat posisi menteri negara pada Menteri Pembangunan Masyarakat, Pemuda, dan Olahraga.

Sebelum mengumumkan niatnya untuk maju dalam pemilihan presiden, Halimah menjabat Ketua Parlemen Singapura sekaligus perwakilan untuk konstituen Marsi ling-Yew Tee GRC.

Selama bertahun-tahun, ia menyuarakan hak-hak perempuan, kepedulian pada warga senior, dan masalah kesehatan mental. Ia juga menjabat ketua pada sejumlah asosiasi, seperti Club Heal dan PPIS (asosiasi perempuan muslim Singapore).

Keputusan untuk maju ke kursi nomor satu pemerintahan tidaklah diambil dengan mudah. Sebagai ibu dari lima anak, pertimbangan keluarga menjadi penting. Kepada Channel News Asia, Halimah mengatakan bahwa anak-anaknya awalnya enggan menjadi sorotan publik.

Namun, akhirnya mereka dan sang suami, Mohamed Abdullah, memberikan dukungan penuh. Tentunya setelah melewati berbagai diskusi.

Sejak menyatakan maju dalam pemilihan presiden, Halimah telah berulang kali membantah tuduhan bahwa dia mungkin kurang independen menginngat hubungan dekatnya dengan Partai Aksi Rakyat.

"Ini amat merugikan. Bahkan di antara orang-orang yang terus memegang warna partai, jika mereka menempatkan kepentingan orang-orang di belakang warna partai," katanya pada konferensi pers bulan lalu, mengutip saat-saat dia tidak setuju dengan pemerintah baik sebagai aktivis buruh maupun anggota parlemen.

Ia juga menyampaikan komitmennya untuk mengabdi pada Singapura, tanpa terpengaruh adanya pemilu ataupun tidak. "Saya berjanji untuk melakukan yang terbaik yang saya bisa untuk melayani rakyat Singapura. Itu tidak akan berubah apakah ada pemilihan atau tidak. Semangat dan komitmen untuk melayani orang-orang Singapura saya tetap sama."

Halimah mengatakan bahwa sebagai Presiden ia berharap warga Singapura akan bekerja bersamanya untuk membangun negara yang kuat. Menurutnya, salah satu peran presiden ialah sebagai kekuatan pemersatu.

"Proses ini mungkin pemilihan yang diatur, tapi presiden milik semua orang, untuk semua masyarakat tanpa memandang ras dan agama," ujarnya.(*)

Sumber: Channel News Asia

Baca juga Serba Pertama Dari Halimah Yacob, Presiden Baru Singapura

Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan