SELAMA ini, mungkin kita hanya mengetahui lima bahasa cinta atau love language, yakni words of affirmation, physical touch, quality time, receiving gift, dan act of service. Namun, tahukah kamu bahwa ada juga lima bahasa permintaan maaf atau the five languages of apology?
Kita semua memiliki satu bahasa dominan dalam menerima permintaan maaf paling tulus, termasuk pada diri sendiri. Berikut lima bahasa minta maaf menurut Gary Chapman dalam bukunya berjudul The Five Language of Apology.
Baca juga:

1. Expressing regret (mengungkapkan penyesalan)
Orang-orang dengan bahasa maaf ini menganggap permintaan maaf bukanlah permintaan maaf, kecuali mereka mendengar kata-kata "maaf" diucapkan secara lantang dan jelas. Supaya bisa memaafkan, mereka perlu melihat bahwa orang yang telah melukainya amat menyesal. Ini memang merupakan elemen penting dari permintaan maaf, tetapi bagi orang-orang dengan bahasa maaf ini, mereka merasakannya lebih kuat daripada yang lain.
2. Accepting responsibility (menerima tanggung jawab)
Kita semua memiliki alasan dan penjelasan tentang mengapa kita berperilaku buruk. "Dia mancing-mancing gue, sih!", "Dia menyakiti perasaanku, jadi aku balas", "Mereka yang mulai duluan!". Apapun alasannya, itu tidak mengubah fakta bahwa apa yang kita lakukan itu salah atau menyakitkan bagi orang lain.
Meskipun bahasa maaf menerima tanggung jawab ini mirip dengan bahasa maaf mengungkapkan penyesalan, orang dengan accepting responsibility sangat perlu mendengar pengakuan tanggung jawab.
Kamu bisa mengatakan, "Maaf, aku sudah menyakiti kamu." Tetapi dalam banyak kasus, penting bagi mereka untuk kita menerima tanggung jawab karena telah menyebabkan luka itu juga.
Baca Juga:
Maaf Bos, Kami Ingin Sukseskan Program Pak Luhut: Kerja dari Bali!

3. Making restitution (memulihkan keadaan)
Bagi orang dengan bahasa maaf ini, mengungkapkan penyesalan dan bertanggung jawab atas tindakan-tindakanya saja belum cukup. Mereka membutuhkan kita untuk memulihkan keadaan agar tahu kita benar-benar tulus meminta maaf. Contoh yang bagus adalah ketika seorang anak mengambil mainan dari anak lain. Orang tuanya mungkin tidak hanya mendorong sang anak untuk meminta maaf, tetapi juga mendorong anak itu untuk mengembalikan mainan yang diambilnya.
4. Genuinely repenting (benar-benar menyesal)
Menyesal di sini berarti "berbalik" atau "berubah pikiran". Permintaan maaf kehilangan ketulusan jika kita tidak memberikan jaminan kepada orang-orang yang kita ingin mintakan maaf bahwa, kita benar-benar menyesal dan tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama lagi.
Orang dengan bahasa maaf ini membutuhkan kita untuk menunjukkan penyesalan yang sungguh-sungguh dengan mengungkapkan niat atau janjinya untuk tidak melakukannya lagi.
5. Requesting forgiveness (meminta pengampunan)
Elemen terakhir dari bahasa maaf ini bisa menjadi yang paling sulit, tetapi penting bagi orang-orang dengan bahasa maaf ini. Meminta seseorang untuk membebaskan kita dari kesalahan adalah hal yang kuat dan pada akhirnya akan melegakan kedua belah pihak.
Mengucapkan kata maaf itu bisa berat bagi seseorang karena itu berarti dia harus melepaskan kendali atas nasib hubungannya dengan pihak yang telah disakitinya. Ini juga berarti dia harus siap menerima kemungkinan permintaan maafnya ditolak, dan ini sama artinya dengan mengakui kegagalan. (and)
Baca Juga:
Petaka Maaf-Maafan Halabihalal Bareng Mantan Berujung Show Off Kebaikan Pacar Baru