KEPALA Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen (Pol) Firman Shantyabudi secara tegas menampik informasi berkait sanksi tilang pengemudi sepeda motor menggunakan sandal jepit. Pihaknya hanya sebatas memberi imbauan agar para pengemudi sepatutnya tidak menggunkanan sandal jepit guna mencegah fatalitas saat terjadi kecelakaan.
Baca juga:
"Mohon maaf saya bukan men-strassing (menekan) pakai sandal jepitnya, tidak ada perlindungan pakai sandal jepit itu. Karena kalau pengendara sering pakai motor (dengan sandal jepit) kulit itu bersentuhan langsung dengan aspal, ada api, ada bensin, ada kecepatan. Makin cepat, makin tidak terlindungilah kita, itulah fatalitas," kata Firman dikutip Antara (15/6).
Imbauan tersebut memang dari segi keselamatan sangat tepat. Karena menggunakan sandal jepit membuat kaki pengendara terekspos sehingga bila terjadi kecelakaan tak ada area terlindungi.

Mungkin banyak pengendara menggunakan sandal jepit lantaran nyaman, murah, dan di rumah paling mudah ditemukan untuk digunakan, terlebih lumrahnya digunakan lebih sering pada perjalanan jarak dekat.
Sandal jepit memang tak bisa dipisahkan dari kebiasaan Warga +62. Bahkan Sehun EXO saja ketika berkunjung ke Indonesia pada 2014 kedapatan mengenakan sandal jepit merek Swallow.
Sehun pertama kali terlihat memakai sendal jepit itu di Bandara Soekarno-Hatta seusai menggelar konser The Lost Planet.
Rupanya, saat berada di Thailand dan Tiongkok, Sehun masih setia memakai sendal karet bertali hijau tersebut. Saat melihat sang idola memakai sandal merek Swallow, banyak EXO-L (penggemar EXO) berburu sandal serupa.
Sandal ini bahkan sempat diperjualbelikan di E-bay dengan harga kisaran Rp59.000 hingga Rp200.000. Padahal, sendal tersebut biasa dijual di warung kecil dengan harga Rp5.000 hingga Rp15.000.

Sandal jepit berbahan karet mulai dikenal luas ketika pebisnis asal Selandia Baru Morris Yock mematenkan produk sandal jepit karet dengan merek Jandal diambil dari kata Japan dan Sandal.
Setelah Perang Dunia II, sedadu Amerika saat pulang ke negerinya membawa buah tangan Zori atau sandal jepit tradisional Jepang.
Tak hanya ramai digunakan para veteran, penggunaan sandal jepit tersebut jadi tren di kalangan masyarakat Amerika meski banyak keluhan kaki jadi mudah lecet karena bahan baku menggunakan karet kualitas rendah.
Baca juga:
Seiring perkembangan teknologi, jenis karet diubah digabungan dengan plastik sehingga membuat sandal jepit semakin nayaman di kaki para penggunanya.
Di Indonesia, sandal jepit paling kondang hingga kini bermerek Swallow. Sendal jepit terebut diproduksi PT Sinar Jaya Prakarsa, di Jalan Kamal Raya No 1, RT 7/ RW 9, Tegal Alur, Kalideres, DKI Jakarta.

“Nama dan logo Swallow melambangkan burung wallet, seekor burung mewakili kebebasan, pertumbuhan, dan kesetiaan,” aku PT Sinar Jaya dalam penjelasannya di laman resminya.
Sandal Swallow diklaim sebagai salah satu sandal jepit tertua. Mereknya begitu melekat di benak orang Indonesia lantaran sejak dulu hingga kini tersebar di pasar tradisional hingga modern.
Pihak PT Sinar Jaya tak menampik perkembangan sandal jepit di Indonesia terisnpirasi dari sandal Zori asal Jepang nan semakin populer kala Negeri Sakura menduduki Indonesia.
Bagi orang Indonesia, sandal jepit menjadi populer karena selain murah, nyaman, dan mudah dibeli di mana saja, ada di warung, toko, pasar, minimarket, e-commerce, dan banyak lagi.
Bahkan, musisi kondang Slank di tahun 90an juga turut membuat anak muda tak sungkan menggunakan sandal jepit di luar rumah sebagai bagian dari fashion statement. (*)
Baca juga:
Balada Fans K-Pop Tergila-Gila Sendal Jepit Swallow Made In Negeri Aing