AMERIKA Serikat dan Inggris yang menaungi beberapa universitas terbaik dunia. Mulai dari Ivy League hingga Universitas Oxford menjadi destinasi favorit para orang tua untuk pendidikan anaknya. Selain jaringan alumni yang ekstensif dan reputasi universitas yang menjanjikan segudang peluang berkarier, hingga teknologi mutakhir pun menghasilkan daya tarik tinggi.
Namun, menembus universitas kelas dunia bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap tahunnya, universitas-universitas unggulan di AS dan Inggris menerima puluhan ribu aplikasi dari seluruh dunia dan hanya meloloskan sebagian kecilnya.
Sebagai contoh, pada tahun ajaran 2022 ini, Harvard University hanya menerima 4,59 persen dari 42.749 pelajar yang melamar. Beratnya kompetisi menjadi pemicu utama bagi pelajar-pelajar berprestasi seluruh dunia untuk membangun profil yang sebaik-baiknya. Namun, prestasi akademis saja tidaklah cukup untuk menjamin keberhasilannya.
Dalam kegiatan Extracurricular & Leadership Building Profile Seminar with Crimson Education yang berlangsung pada Sabtu (24/9), Former Alumni Interviewer di University of Chicago dan US University Admissions Strategist, Lyn Han, menjelaskan mengenai skema seleksi universitas penerimaan di AS dan Inggirs yang bersifat holistik.
"Dalam menyeleksi semua calon mahasiswanya, universitas-universitas unggulan di AS dan Inggris tidak hanya menilai pencapaian akademis. Tetapi juga kegiatan ekstrakurikuler dan kepemimpinan, serta kepribadian calon mahasiswa yang tersirat melalui penulisan esai dan wawancara," jelas Lyn Han.
Baca juga:

Dengan pendekatan holistik yang memungkinkan calon mahasiswa dinilai secara utuh, bakat dan minatnya pun menjadi penting untuk penilaian dalam seleksi penerimaan universitas.
Country Manager Indonesia di Crimson Education, Vanya Sunanto, memaparkan adanya perbedaan antara pendekatan dalam sistem pendidikan di Indonesia dengan di AS dan Inggris.
"Di Crimson, kami selalu mengawali layanan dengan menggali segala sesuatu tentang calon siswa kami. Mulai dari bakat, minat, kelebihan, kekurangan, aspirasi, hingga cita-cita yang ingin ia capai," kata Vanya.
"Semuanya kami lakukan secara strategis dan statistik kami telah membuktikan bahwa pendekatan ini memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik daripada pendekatan yang semata-mata mengandalkan pencapaian akademis,” lanjutnya.
Baca juga:

Menurut Vanya, profil ekstrakurikuler dan kepemimpinan yang kuat dapat dibangun dari ide yang sederhana atau bahkan kegemaran pribadi, selama disertai dengan konsistensi.
"Kami memiliki seorang alumnus yang sejak kecil gemar merakit slot car. Setelah menggemarinya, tumbuhlah ketertarikan terhadap engineering dalam dirinya. Ia mulai bercita-cita untuk mempelajari engineering pada tingkat perguruan tinggi," kata Vanya.
Dalam seleksinya, universitas-universitas unggulan di AS menilai semua calon mahasiswanya berdasarkan tiga hal utama, yakni pencapaian akademis (40 persen), profil ekstrakurikuler dan kepemimpinan (30 persen), serta esai dan wawancara (30 persen).
Setiap pelajar dengan berbekal motivasi, kesempatan, dan dukungan orang tua, pasti dapat mendalami bakat atau minatnya, sehingga sebuah kegiatan yang menghasilkan dampak positif. Selanjutnya, dengan bimbingan dari pakar pendidikan berpengalaman, kegiatan tersebut dapat bertransformasi menjadi profil ekstrakurikuler dan kepemimpinan yang kuat untuk mengantarkannya menuju universitas kelas dunia. (and)
Baca juga:
Ekstrakurikuler Barongsai SD Sewan Kebon 1