BANYAK orangtua hanya punya sedikit waktu untuk dirinya sendiri pada siang hari. Jadi, waktu beberapa jam (atau menit) ketika anak-anak tertidur di kamar sangatlah berharga.
Jelas, alasan orangtua menginginkan anaknya segera tidur karena ingin pergi menonton film atau serial favorit, membaca buku, atau bahkan sekadar ngobol dengan sesama orang dewasa seperti pasangan atau teman.
Masalahnya, dari sisi anak, mereka tidak mau tidur begitu saja.
“Adalah umum bagi anak-anak untuk menolak waktu tidur karena mereka ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan orangtua, atau karena mereka merasa cemas berpisah dari mereka,” kata ahli saraf Sanam Hafeez, Psy.D yang berbasis di New York City yang juga merupakan Direktur Comprehend the Mind, dikutip dari parents.com.
Namun, Hafeez juga mencatat bahwa ini bukan satu-satunya alasan anak-anak menolak tidur. Dia menambahkan, ada fear of missing out (FOMO) atau rasa takut ketinggalan, serta akibat kesulitan beralih ke jadwal tidur baru, yang menjadi penyebab pertengkaran sebelum tidur.
Baca juga:

Daniel Huerta, pakar parenting, profesional kesehatan mental, dan penulis, menambahkan beberapa penyebab lain yang membuat waktu tidur terasa lebih seperti perebutan kekuasaan daripada waktu yang menenangkan.
Dia mengatakan hal-hal yang membuat waktu tidur jadi lebih menantang: kurangnya kontrol diri, masalah pengaturan diri, atau kepribadian anak.
Kabar baiknya, ada hal-hal yang dapat orangtua lakukan untuk membantu anak-anak lebih tenang, tanpa kehilangan akal sehat dalam melakukannya.
Kita telah mendengar berkali-kali bahwa menetapkan rutinitas sebelum tidur membantu anak-anak mengetahui apa yang terjadi. Itu juga membuat mereka tetap tenang ketika hari mereka mulai berakhir.
Ternyata, ada alasan mengapa rutinitas anak-anak, terutama yang mengandung unsur-unsur yang menenangkan, lebih dari sekadar mengurangi 'penderitaan orangtua'. "Umumnya, anak-anak kurang bisa mengendalikan diri menjelang tidur," ungkap Huerta.
"Menurut penelitian, pengendalian diri cenderung menurun sepanjang hari, dan jika mereka lelah, karena kurang tidur dari hari sebelumnya atau melewatkan tidur siang, anak mungkin kurang memiliki kemampuan pengaturan diri dan mungkin lebih impulsif," tambah Huerta.
Baca juga:

Memperlambat proses perpisahan adalah cara lain untuk mengurangi protes putus asa menjelang tidur. (Foto: Freepik/Lifestylememory)
Ternyata FOMO itu nyata bagi anak-anak. "Banyak anak kecil yang tidak mau ketinggalan apa pun dan masih aktif ingin tahu dan mencari rangsangan," tambah Huerta.
"Ini bisa menjadi alasan mengapa musik, menari, nyanyian, dan cerita pengantar tidur kadang-kadang dapat membantu menenangkan anak untuk tidur. Musik, suara melodi yang tenang dari seseorang yang sedang membaca atau bernyanyi, atau gerakan, dapat memberikan rangsangan yang cukup menenangkan bagi tubuh anak," ungkap Huerta.
Selain itu, memperlambat proses perpisahan adalah cara lain untuk mengurangi protes putus asa menjelang tidur.
“Menyendiri dari keingintahuan, pikiran, dan emosi mereka dapat terasa luar biasa dan kesepian. Namun, penting bagi mereka untuk belajar bagaimana mengelolanya saat mereka terus menjadi dewasa dan tumbuh,” kata Huerta.
Perpisahan anak dan orangtuanya saat tidur bisa melalui beberapa tahap.
Hafeez menyarankan, pertama-tama duduk di samping tempat tidur mereka saat mereka tertidur, lalu berpindah ke duduk di dekat pintu, lalu akhirnya, ke luar ruangan. Yakinkan mereka bahwa mereka aman, dan kamu berada di dekatnya jika mereka mengalami mimpi buruk. (aru)
Baca juga: