ADRIANSYAH dan Andarini bersepakat mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Padahal, usia pernikahan mereka belum genap setahun. Pasangan muda tersebut memutuskan menunda punya anak melalui skema menggunakan alat kontrasepsi dan senggama terputus.
"Ya, bukannya enggak mau punya anak, tapi masih matengin plan dulu. Kan kalau sudah siap semuanya kan enak," kata lelaki biasa disapa Adri kepada merahputih.com.
Adri nan sehari-hari berkutat di dunia kreatif sebagai desain grafis di salah satu perusahaan advertising tersebut tak menampik alasan menunda punya momongan demi mematangkan segala rencana, termasuk soal finansial. Ia mengaku masih ingin bersama istrinya kembali mengisi penuh tabungannya setelah terkuras untuk biaya resepsi pernikahan.
Baca Juga:
Di samping itu, Rini sapaan akrab Andarini memilih menunda kehamilan lantaran baru beroleh tantangan baru di tempat kerja. Rini ingin beradaptasi dengan pekerjaannya agar lebih fokus. "Jadi biar enggak ke pecah fokusnya gitu. Kan perlu siap mental juga ketika hamil dan punya anak nantinya. Dan, biaya melahirkan itu sekarang enggak murah meski ada BPJS tetap saja butuh dana lebih buat hal-hal lain," kata Rini.
Perkara finansial ternyata acap jadi problema serius di dalam pernikahan, apalagi bila telah beroleh momongan. Hasil Jakpat Survey Report tentang Apa Resolusimu di Tahun 2022, mencatat sebanyak 40 persen milenial +62 berumur antara 30-44 memiliki resolusi melunasi hutang pada 2022.

Rizki Marman Saputra, perencana keuangan dan Manajer di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, mengatakan memang sedang terjadi perubahan terhadap pasangan muda terhadap literasi keuangan. Mereka, seturut Rizki, selangkah lebih jauh dalam merencanakan keuangan apalagi menyangkut ketahanan keuangan pada anak kelak.
"Sudah mulai banyak Milenial khusus Gen Z beralih ke joint income antara suami dan istri. Jadi, enggak lagi semata-mata segala kebutuhan harus disokong suami sepenuhnya", kata perencana keuangan pemegang sertifikasi Certified Financial Planner (CFP), Qualified Wealth Planner (QWP), Associate Estate Planning Practitioner (AEPP), dan Certified Personal Finance (CPF).
Baca Juga:
Pasangan muda, lanjutnya, bisa saja menaruh dana untuk persiapan lahiran di deposito bila memang berencana dalam satu atau dua tahun kelak punya momongan. "Tapi tergantung profil risikonya. Bisa saja bila sudah matang secara finansial apalagi masih di atas tiga tahun baru ingin punya anak, dana tersebut bisa diinvestasikan," kata Rizki.

Setiap pasangan tentunya memiliki strategi untuk tetap membuat rumah tangganya harmonis, termasuk menunda punya anak. Beberapa pasangan muda memutuskan menunda punya momongan karena ingin menikmati momen berdua secara berkualitas. Mungkin saja memang nikah dengan jalan pacaran singkat, maka setelah sah sebagai suami-istri masih ingin berdua.
Ada pula saat memilih untuk fokus pada karier. Bukan berarti mereka tidak peduli dengan kehadiran anak tetapi justru ingin lebih mementingkan kematangan dari segala hal termasuk finansial. Terlebih saat ini biaya kebutuhan hidup juga semakin tinggi.
Beberapa pasangan menunda punya anak karena ingin memiliki tempat tinggal milik sendiri. Tak sedikit pasangan muda menumpang tinggal di rumah mertua kemudian justru timbul terjadi permasalahan berkait ketidakcocokan kebiasaan. Tak heran beberapa pasangan ingin mandiri, paling tidak agar tak lagi merepotkan orang tua.
Alasan selanjutnya kesiapan mental. Tak sedikit orang tua muda memiliki ketakutan cukup tinggi entah untuk dirinya sendiri, pasangan, orang di sekitarnya terhadap anaknya kelak. Banyak dari mereka menunda memiliki anak karena takut merasa tidak bisa menjadi orang tua sempurna.
Hal tersebut muncul karena ada pemahaman mendidik seorang anak bukanlah hal mudah. Memiliki anak tentunya akan membuat seseorang mengalami perubahan dan tidak semua orang siap akan hal itu. Jadi, tak heran kemudian para orang tua muda menunda punya anak demi menyiapkan kematangan mentalnya dalam mengurus anak. (pid)
Baca Juga:
Alasan Warga +62 Menunda Check Out Barang Impian di Marketplace