Mengapa Film Biopik Musisi Indonesia Masih Sedikit?

annehsannehs - Jumat, 26 November 2021
Mengapa Film Biopik Musisi Indonesia Masih Sedikit?
Slank Enggak Ada Matinya (2013). (Foto IMDb)

BISA dihitung jari sebelah tangan jumlah film biopik musisi Indonesia. Jauh bila dibanding produksi film biopik Hollywood dengan menampilkan ragam musisi dari pelbagai genre, salah satunya Bohemian Rhapsody paling fenomenal, laris, dan juga beroleh banyak penghargaan bergengsi, termasuk Oscar pada 2019.

Di Indonesia, bahkan dari sedikit produksi film biopik, mungkin lima persennya mengisahkan perjalanan hidup dan karier musisi atau grup band. Kebanyakan biopuk tentang tokoh politikus termasuk pejabat publik, dan tokoh keagaaman.

Baca juga:

Budayakan Membersihkan Sampah Sendiri Setelah Nonton Bioskop

Entah lantaran biaya produksinya besar, risetnya harus ulet, atau faktor ketokohan sehingga sedikit sekali sineas Indonesia mau memfilmkan musisi dalam negeri. Biopik memang menuntut kepresisian data tentang tokoh nan akan difilmkan.

Sebab, biopic akronim biographical picture, menurut M Ilham Zoebazary pada Kamus Televisi dan Film, merupakan kisah hidup seseorang nan difilmkan, biasanya tokoh sejarah dan dikenal luas. "Namun, bagaimana pun biopik merupakan karya fiksi," tulisnya.

Di antara segudang musisi terbaik tanah air, tercatat ada dua film mengisahkan tentang perjalanan hidup dan berkarier pemusik Indonesia.

Chrisye merupakan salah satu musisi legendaris Indonesia. Musiknya masih didengarkan sampai sekarang. Karya-karyanya tak lekang waktu. Film Chrisye sampai saat ini masih menjadi biopik terkomprehensif tentang musisi Indonesia.

biopik
Poster film Chrisye. (MNC Picture)

Film produksi MNC Pictures dan Vito Global Visi tersebut mengisahkan perjalanan hidup dan karier musisi bernama lengkap Chrismansyah Rahadi, mulai latar belakang keluarganya dari orang keturunan Tionghoa, penolakan orang tuanya terhadap pilihan karirnya, percintaan hingga akhirnya meminang Damayanti Noor, lalu pergolakan batin terhadap kepercayannya, hingga masa-masa akhir hayatnya.

Film biopik disutradarai Rizal Mantovani tersebut menggandeng Vino G Bastian berperan sebagai Chrisye dan Velove Vexia sebagai Damayanti Noor. Selain beroleh biografi Chrisye, penonton juga dimanjakan dengan cerita, meski secuplik, tentang ekosistem musik di tahun 1980-an.

Cerita band legendaris asal Potlot, Duren Tiga, Jakarta Selatan, sedari terbentuk hingga formasi 14 muncul di layar lebar dengan judul Slank Nggak Ada Matinya. Film besutan Fajar Bustomi tersebut mengisahkan segala hal di dalam rentang sejarah Slank, termasuk masa-masa kelam ketika narkoba merajalela, perpecahan personel, dan transformasi band nan terbentuk pada 1983.

Para pemainya, Adipati Dolken (Bimbim), Ricky Harun (Kaka), Deva Mahendra (Abdee), Ajun Perwira (Ridho), dan Aaron Ashab (Ivanka), melakukan workshop tak sebentar untuk mendalami perosna masing-masing personel Slank. Mereka bahkan beroleh seluruh video dokumentasi Slank bahkan tak pernah terpublikasi, hingga berinteraksi begitu intensif dengan kelima personel Slank.

Baca Juga:

Cara Cerdas Mencegah Anak Menonton Film Dewasa di Layanan Streaming

Film produksi Starvision Plus tersebut justru mengajak kelima personel asli Slank menjadi cameo. Bimbim muncul sekilas sebagai manajer diskotik, Kaka tampil dua kali sebagai satpam dan penghulu, Ridho menjadi manajer hotel, Ivanka sebagai cleaning service hotel, dan Abdee sebagai seorang lelaki.

Menjadi pekerjaan rumah besar bagi para sineas tanah air untuk menimbang ulang produksi film biopik untuk tidak melulu menghadirkan sosok-sosok di dunia politik. Dunia musik Indonesia kaya akan musisi hebat, karyanya melegenda, dan pernak-pernik hidupnya juga bisa jadi teladan bagi banyak musisi atau calon musisi muda. (SHN)

#November Jagoan Film Negeri Aing #Musik
Bagikan
Ditulis Oleh

annehs

Bagikan