Eksotika Papua

Menapaki Kisah Marthen Indey, Bermula Polisi Belanda Jadi Pejuang Bangsa

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Senin, 03 September 2018
Menapaki Kisah Marthen Indey, Bermula Polisi Belanda Jadi Pejuang Bangsa
Pejuang Marthen Indey. (Sumber: pinterest/repro merahputih.com)

MESKI berada paling timur Indonesia, tanah Papua seolah tak pernah habis menyimpan tokoh-tokoh nasionalis, seperti Marthen Indey.

Lelaki kelahiran Doromena, Papua, 14 Maret 1912 silam, merupakan salah seorang putra Papua berstatus Pahlawan Nasional Indonesia, bersama dengan dua putra Papua lainnya; Frans Kaisiepo dan Silas Papare.

Sebelum berjuang di pihak republik, pada Februari 1941, menurut Arya Ajisaka dalam buku Mengenai Pahlawan Indonesia, Marthen Indey awalnya merupakan polisi Belanda. Marthen adalah lulusan sekolah polisi di Sukabumi.

"Saat kembali ke Papua, ia ditugaskan untuk mengawasi tokoh-tokoh pejuang Indonesia yang diasingkan Belanda ke Digoel," kata Arya dalam buku tersebut.

Marthen ditugaskan menjadi Tweede Posthuiscommandant (Wakil Komandan Polisi Jaga). Ia mengepalai 31 orang polisi jaga untuk melakukan penjagaan di Kamp Tahanan Politik Boven Digoel.

Di sana, kata Arya, Marthen mulai berkenalan dengan tokoh-tokoh pejuang sehingga membangkitkan semangat kebangsaan Indonesia dari dalam dirinya.

"Tokoh yang berperan dalam menumbuhkan semangat dalam diri Marthen adalah Sugoro Atmoprasodjo, mantan guru Taman Siswa yang diasingkan oleh Belanda ke Digoel," kata Arya.

Soewarsono, Herman Hidayat, Ana Windarsih, dkk dalam buku Jejak Kebangsaan: Kaum Nasionalis di Manokwari dan Boven Digoel menjelaskan, pertemuan Marthen Indey dengan para tahanan politik di Digoel telah mengubah sikapnya terhadap pemerintah kolonial Belanda.

"Ia mulai tidak setuju dengan perlakuan keras dari pemerintah kolonial terhadap para tahanan," kata Soewarsono dkk dalam buku tersebut.

Tak dinyana, Marthen justru mengadakan dapat gelap dengan 31 orang agen polisi bawahannya untuk menangkap orang-orang Belanda.

Sementara, orang yang menjadi sasarannya tak lain adalah atasan Marthen, Kontrolir Wegner dan seorang pastor Belanda. Sayangnya, misi penangkapan tersebut gagal.

Sebab, rencana pemberontakannya dibocorkan oleh salah seorang polisi yang merupakan anak buahnya sendiri. Akibatnya, Marthen Indey bersama anak buahnya menjalani hukuman selama 8 bulan di Pesnamman.

Pada tahun 1946, Marthen bergabung dengan organisasi politik bernama Komite Indonesia Merdeka (KIM), yang kemudian dikenal dengan sebutan Partai Indonesia Merdeka (PIM).

Pada tahun 1962 Marthen bergerilya untuk menyelamatkan anggota RPKAD yang didaratkan di Papua selama masa Tri Komando Rakyat (Trikora).

Di tahun yang sama, Marthen menyampaikan Piagam Kota Baru yang berisi mengenai keinginan kuat penduduk Papua untuk tetap setia pada wilayah kesatuan Indonesia.

Akhirnya, Irian Barat resmi bergabung dengan wilayah kesatuan Indonesia dan berganti nama menjadi Irian Jaya.

Berkat jasanya, Marthen diangkat sebagai anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) sejak tahun 1963 hingga 1968.

Tak hanya itu, ia juga diangkat sebagai kontrolir diperbantukan pada Residen Jayapura dan berpangkat Mayor Tituler selama dua puluh tahun.

Marthen meninggal pada usia 74 tahun tepatnya pada tanggal 17 Juli 1986. Berkat jasanya terhadap negara, Marthen mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 14 September 1993. (*)

#Pahlawan Nasional #Eksotika Papua
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan