MerahPutih.com - Sosok Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) memiliki tugas berat dalam menjalankan amanatnya. Salah satunya adalah menyikapi berbagai intoleransi di Indonesia yang dibungkus dengan label keagamaan.
Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta menilai, tantangan bagi Gus Yaqut dalam memimpin Kementerian yang membidangi sektor keagamaan adalah manuver kelompok teroris.
Menurut dia, mereka tak jarang menggunakan “baju agama” sebagai upaya melegitimasi gerakan kejahatan mereka tersebut.
Baca Juga:
Yaqut Cholil Minta Agama Jangan Dijadikan Alat Politik Menentang Pemerintah
"Kelompok teroris menggunakan kedok agama sebagai pembenaran, ini juga harus menjadi perhatian Menteri Agama,” tutur Stanislaus kepada wartawan di Jakarta, Rabu (23/12).
Ia memberikan saran kepada Gus Yaqut, agar tidak selalu menggunakan cara-cara yang keras untuk menghadapi kelompok semacam itu.
Menurut Stanislaus, salah satu langkah yang bisa dipilih adalah dengan mengupayakan pendekatan dialog dalam rangka meluruskan perspektif yang mungkin salah. Lalu merangkul mereka untuk bersama-sama membangun bangsa dan negara yang lebih baik lagi ke depannya.
"Perlu mengedepankan dialog terhadap semua komponen masyarakat di Indonesia terutama ormas keagamaan," tuturnya.
Setidaknya kata Stanislaus, pendekatan dialog ini juga bisa menjadi ajang untuk memberikan pemahaman kepada kelompok yang tidak sependapat dengan Pancasila. Hal ini agar mereka bisa kembali memeluk Indonesia sebagai negara kesatuan yang berdaulat.
"Dialog sangat penting dilakukan terutama terhadap pihak yang intoleran dan bertentangan dengan ideologi Pancasila terutama untuk mengembalikan mereka arah yang benar," ujarnya.
Namun jika memang pendekatan dialog itu tidak bisa diterapkan kepada mereka, maka pendekatan hukum bisa ditempuh.
“Ketika tidak bisa diajak dialog maka baru menggunakan pendekatan hukum,” tutup Stanislaus.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sempat memberikan arahan kepada jajaran Kemenag di hari pertamanya bekerja. Dia mewanti-wanti jangan sampai perlakuan diskriminatif atas nama agama justru muncul dari Kemenag.

"Saya tidak ingin dari kementerian ini justru muncul cara-cara diskriminatif antara satu (agama) dengan yang lain," tegas Gus Yaqut.
Alumni Sosiologi Universitas Indonesia (UI) ini pun berjanji segera bakal mengumpulkan jajarannya guna mewujudkan cita-cita tersebut ke dalam program nyata.
Pria yang tumbuh di lingkungan Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, mengajak jajaran Kemenag meningkatkan apa yang sudah menjadi peninggalan dan warisan dari Fachrul Razi.
"Apa yang dilakukan Pak Fachrul yang saya dengar, saya amati, saya lihat sudah sangat luar biasa. Mari kita pertahankan, dan kita buat lebih baik lagi," tutup Gus Yaqut. (Knu)
Baca Juga:
Sosok Gus Yaqut Simbol Kembalinya Kementerian Agama ke Tangan Kaum Nahdliyin