HAMPIR semua orang mengharapkan kebahagiaan. Salah satu acuan bahagia adalah kesuksesan dalam hidup.
Namun, ada mitos dalam kesuksesan yang membuat kamu tidak juga bahagia meskipun sudah meraihnya. Tiga mitos yang paling sering dikatakan yaitu:
1. "Saya tidak akan senang sampai saya mendapatkan promosi pekerjaan itu." 2. "Menghasilkan lebih banyak uang akan membuat saya bahagia."3. "Saat aku bertemu seseorang, aku akhirnya akan bahagia."
Baca juga:
Tiga pernyataan sebenarnya adalah prediksi tentang bagaimana perasaan seseorang di masa depan. "Ini dikenal sebagai ramalan afektif," ujar Psikiater Dimitrios Tsatiris M.D.
Menurut Clinical Assistant Professor of psychiatry di Northeast Ohio Medical University, AS ini secara alami, manusia mengejar upaya yang diyakini akan membuat bahagia. "Anggap bahwa pencapaian seperti promosi pekerjaan, menikah, atau mendapatkan gaji yang lebih tinggi akan membuat manusia lebih bahagia," tulis Tsatiris dalam artikelnya di Psychology Today, Rabu (18/11).

"Penting untuk membedakan cara kita memprediksi emosi masa depan. Meskipun kita dapat secara akurat memprediksi bagaimana perasaan tentang suatu peristiwa di masa depan, tapi ada kesulitan untuk memprediksi intensitas dan durasi perasaan tersebut. Kita cenderung melebih-lebihkan dampak abadi yang akan ditimbulkan peristiwa masa depan terhadap emosi. Ini sebuah fenomena yang disebut bias dampak," Tsatiris menjelaskan panjang lebar.
Padahal, berdasarkan sebuah penelitian, peristiwa positif dan negatif memiliki dampak yang lebih singkat dan kurang intens daripada yang diperkirakan. "Saya bisa membuktikan ini. Ketika saya masih kuliah, saya secara naif percaya bahwa menjadi dokter akan menjadi kunci kebahagiaan permanen," lanjut Tsatiris.
Ternyata, praktik kedokteran memiliki faktor penyebab stresnya sendiri. Ada tekanan untuk memenuhi harapan produktivitas dan ukuran kualitas yang ditetapkan oleh rumah sakit. Sebuah survei pada 2020 terhadap lebih dari 15.000 dokter hanya mendukung pengamatan tersebut.
Baca juga:
Hati-Hati Crab Mentality, Rasa Iri Terhadap Kesuksesan Orang Lain
Ini menunjukkan bahwa 42 persen dokter menderita kelelahan yang ditandai dengan kelelahan emosional, perasaan terlepas dari tanggung jawab pekerjaan, dan kurangnya pencapaian pribadi. Survei ini dilakukan sebelum pandemi COVID-19 yang hanya menambah tekanan pada dokter dan petugas kesehatan lainnya.

Pandangan seperti ini merupakan mitos kesuksesan. kamu memprediksi bahwa menjadi sukses akan membuat bahagia dan kita berkorban untuk menjadi sukses. Namun, kesuksesan tidak mengarah pada kebahagiaan yang berkelanjutan. Tujuan menjadi kaya, menikah, atau menjalankan bisnis yang menguntungkan hanyalah nektar manis kesuksesan yang berumur pendek.
Menurut Tsatiris, jika itu dibiarkan, kamu akan terus mendambakan lebih banyak saat manis kesuksesan memudar. "Jika berhati-hati, kamu tidak akan punya pilihan lain selain terseret dalam putaran roda tak berkesudahan dan terus mengejar pencapaian di masa depan tanpa akhir yang terlihat," dia mengingatkan.
Mengejar kesuksesan belum tentu merupakan hal yang buruk. Ada banyak manfaat dengan menetapkan dan mencapai tujuan. Masalahnya terjadi ketika kamu melebih-lebihkan manfaat tersebut dan gagal menghargai perjalanan menuju tujuan. (aru)
Baca juga: