Melihat Perkembangan Peradaban lewat Wayang

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Senin, 17 Oktober 2016
Melihat Perkembangan Peradaban lewat Wayang
Ilustrasi (Foto: MerahPutih/Fredy Wansyah)

Wayang menjadi bagian dari hiburan rakyat yang dimiliki oleh beberapa daerah di belahan nusantara atau di beberapa negara. Selain itu, wayang juga merupakan sarana pendidikan dan komunikasi. Tokoh dan karakter wayang di Indonesia juga mulai berkembang, awalnya masyarakat hanya mengenal wayang golek dan wayang kulit purwo, muncul apa yang namanya wayang revolusi, wayang wahyu, wayang suket dan lain sebagainya.

Petugas Museum Wayang Didik Cahyono mengungkapkan, wayang di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, awalnya adalah produk keraton sebagai alat pemujaan terhadap leluhur. Pada abad ke-5 ketika Hindu masuk di Indonesia, wayang mengalami pergeseran nilai, hingga menjadi sebuah tradisi yang mampu bertahan di tengah-tengah masyarakat.

Di Museum Wayang, kata Didik, terdapat berbagai koleksi wayang dari dalam dan luar negeri, termasuk boneka yang bisa dijadikan sebagai media pertunjukan. Ribuan koleksi wayang yang ada di museum tersebut memiliki karakter, simbol, serta latar belakang beragam. Wayang sendiri merupakan simbol peradaban daerah asalnya.

“Ada sekitar empat ribu koleksi wayang, dan yang paling tua wayang dengan Kyai Intan. Tapi ini tidak bisa diperlihatkan, karena kondisinya sudah sangat rentan,” ungkap Didik Cahyono kepada merahputih.com Wayang di Museum Wayang, Kawasan Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta, Minggu (16/10).

Wayang-wayang yang ada di Museum Wayang, kata Didik, memiliki corak yang berbeda-beda. Sebagai contoh wayang kulit purwo dari Solo dan Yogyakarta, tingkat kehalusan serta motif warnanya memiliki perbedaan. Wayang kulit purwo dari Yogyakarta lebih halus ketimbang Solo. Begitu juga beberapa wayang kulit purwo yang tersebar di beberapa daerah luar Pulau Jawa.

“Warga transmigrasi dari Pulau Jawa juga ikut mengembangkan kesenian wayang kulit ini. Ceritanya rata-rata sama, tentang Mahabharata, seperti tokoh Gatotkaca, Petruk, Semar, atau punokawan yang dimainkan dalam goro-goro tengah malam,” katanya.

Namun seiring perkambangan zaman, wayang di Indonesia mulai memunculkan kreativitas baru. Di Museum Wayang bisa ditemukan jenis wayang golek yang mengangkat tokoh-tokoh lokal Betawi seperti Si Pitung, bahkan Si Manis Jembatan Ancol.

“Seiring perkembangan zaman, muncul wayang dengan tokoh-tokoh cerita Betawi, seperti Si Pitung dan Si Manis Jembatan Ancol,” tandasnya. (Wid)

BACA JUGA:

  1. Si Gale-gale Bagian dari Keberagaman Wayang Nusantara
  2. Besok, Pawai Budaya "Wayang Jogja Night Carnival" Terpusat di Tugu
  3. Asep Sunandar Sunarya Sosok Maestro Wayang Golek Indonesia
  4. Mendagri Buka Festival Wayang Nusantara
  5. Pentas Reog Wayang dan Ketoprak Lesung Buka Pasar Kangen

 

#Museum Wayang #Wayang
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan