Maternal Disaster Trendsetter Apparel Penggemar Musik Cadas Tanah Air

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Jumat, 18 Juni 2021
Maternal Disaster Trendsetter Apparel Penggemar Musik Cadas Tanah Air
Brand lokal Maternal Disaster lebih digandrungi anak muda. (instagram@maternal_disaster)

LOGO bertanda huruf M kapital dihunus semacam pedang dari bawah berwarna hitam dan putih jadi pemandangan umum di busana anak muda penyuka musik cadas. Tak hanya baju dan hoodie, logo tersebut tepampang pula di beanie hat, dompet, celana, bandana, sampai cincin.

Muhammad Aryo, seorang pekerja lepas di bidang desain nan sehari-hari mendengarkan berbagai varian musik metal, selalu menantikan keluaran terbaru ragam produk merek bertanda M asal Bandung tersebut. M merupakan insial merek apparel Maternal Disaster.

Baca juga:

Mengapa Produk 'KW' Jadi Musuh Ekosistem Lokal Made In Negeri Aing

Sejak 2015, Aryo mulai mengisi rak pakaian di kamarnya dengan mula-mula baju keluaran Maternal Disaster berdampingan dengan kaus resmi band metal kebanyakan berlabel Hanes dan Fruit of the Loom. "Dulu banget malah doyan baju di scene skate kayak Thrasher", kata Aryo. "Apalagi dulu susah banget kan beli kaos band resmi dari luar makanya suka beli bootleg (kaus band palsu)".

Banyak anak 90-an, lanjut Aryo, kebingungan kalau mau beli kaus resmi band-band lokal, kalau enggak di skena atau lapakan, dengan kualitas sablon dan bahan terkadang buruk. "Sekarang mah beda banget. Banyak produk lokal keren-keren dari segi kualitas bahan sampai artwork-nya. Trus gampang juga belinya," kata lelaki berusia 34 tahun tersebut.

Selain kaus band, menurutnya, produk apparel lokal sekarang bahkan sangat bersaing dan masing-masing punya spirit khusus sehingga konsumen bisa terkoneksi. "Maternal itu kenapa disukai anak-anak metal karena spiritnya kena di ekosistem metal enggak cuma Bandung".

Aryo mengaku kepincut produk Maternal lantaran elegan tapi tidak menghilangkan kesan gahar. "Dipakai resmi bisa, kayak ngantor atau ketemu klien. Buat nongkrong atau ke gigs juga sabi".

Femonema #LocalPride nan mulai merambah anak muda di tahun 2018 dianggap mampu membuat konsumsi para penikmat fesyen di Indonesia menggusur produk-produk impor.

Baca juga:

Foreign Branding Bikin Brand Made In Negeri Aing Dikira Produk Impor

Menurut Tjiptono & Craig-Less dalam buku berjudul Branding & Brand Longevity, salah satu variabel mempengaruhi minat pembeli merek lokal adalah sikap ethnocentrisme.

Ethonicentrisme merupakan suatu sikap menganggap negatif pembelian barang impor dan lebih bangga pada produk buatan sendiri. Mereka percaya membeli produk impor dapat merugikan perekonomian nasional.

Di atas kertas, mungkin beberapa orang berpegang pada ethnocentrisme, namun beberapa lainnya punya alasan masing-masing mengapa mulai beralih menggunakan produk lokal.

Aryo, misalnya, menganggap membeli produk resmi band lokal sebagai bentuk dukungan fans terhadap band favoritnya. "Lagian kalau kita beli clothing-an lokal apalagi mereka support musik lokal, kan kita jadi baliknya ke kita sebagai penikmat. Apalagi kualitasnya juga bagus-bagus kok. Salah satunya Maternal".


Maternal Disaster diinisiasi Vidi Nurhadi dan seorang sahabat pada 2003. Sejak awal, Vidi ingin mengusung produk apparel tak cuma mencerminkan gairah terhadap musik melaikan pula semangat mendukung komunitas.

Semangat menguatkan ekosistem musik cadas tanah air membuat Vidi dan teman-teman di Maternal menelurkan Disaster Records. Terhitung sampai saat ini sudah lebih dari 40 band telah dirilis, di antaranya Poison Nova, ((AUMAN)), Petaka, Avhath, dan terbaru adalah album Senyawa bertajuk ‘Alkisah’.

Vidi semula tidak pernah menyangka perkembangan Maternal akan semasif seperti saat sekarang. Pria kelahiran 16 Desember 1985 bahkan agak bingung mengapa para penikmat fesyen lebih memilih untuk mengonsumsi merek lokal.

“Jujur, aku tidak banyak mengetahui atau pernah menganalisa perihal konsumsi anak muda saat ini," kata Vidi kepada Merahputih.com

Sepengetahuan Vidi, sejak awal tahun 2000-an teman-teman di Bandung memang lebih memilih memakai produk lokal. "Alasannya mungkin karena karakter desain lebih mewakili, di samping harga lebih murah dan akses lebih mudah dibanding harus belanja online ke luar negeri,” kata Vidi.

maternal
Salah satu co-founder Maternal Disaster, Vidi Nurhadi. (Diskas Media)

Karakter desain memang jadi kunci penting Maternal Disaster diminati banyak pelanggan setia. Arra Ash Sahar tak pernah berpaling sejak 2011 mengoleksi busana rilisan Maternal Disaster.

Ia mengaku sudah membeli dan mengoleksi produk Maternal Disaster lebih dari 30 barang sejak pertama membeli salah satu merek asal Bandung tersebut.

“Gue suka dari desainnya bertemakan horor, ditambah bahan diproduksi benar-benar kualitas bagus, dan memiliki desain unik" aku Arra.

maternal
Daniel Deadsquad memakai produk Maternal Disaster saat manggung. ([email protected])

Arra tentu tak akan membeli barang dengan kualitas buruk. "Gue lebih suka merek lokal dari segi desain sampai bahan enggak kalah bagus,” ucap pria asal Bekasi tersebut.

Selain fesyen seperti kaus, celana, jaket, dan topi, Arra juga mengoleksi beberapa barang unik produksi Maternal Disaster, di antaranya kursi lipat, kartu, papan ular tangga, rak sepatu gantung, bendera, set sendok garpu, strap kacamata, payung, hingga faceshield.

“Produksi Maternal mungkin beda dari merek lokal lainnya, dan bagi gue Maternal Disaster merupakan pionir untuk merek lokal dengan konsep blacken dan desainnya banyak mengandung unsur teori dan makna tersendiri,” lanjut pria bekerja sebagai teknisi untuk band metal Viscral.

Vidi sendiri memiliki alasan sederhana untuk beberapa produk unik dipasarkan Maternal Disaster. “Hanya ingin membuat kami dalam berkarya tidak merasa bosan," katanya.

Ia membocorkan produk unik akan segera dirilis Maternal Disaster dalam waktu dekat. "Beberapa produk unik lainnya akan dirilis berupa bed cover, bingkai plat motor dan hand grip motor”.

Saking permintaan konsumen terhadap produk Maternal, muncul barang-barang bajakan dengan harga lebih murah. Terkadang konsumen terkecoh membeli barang bajakan, mungkin karena harga miring atau koleksi tersebut di toko resmi sudah habis secepat kilat.

“Bajakan itu sebenarnya suatu hal agak sulit dihadapi. Kami di Maternal santai sebenarnya, hanya saja kita musti menjaga kepercayaan konsumen. Tidak sedikit konsumen mengeluh dengan banyaknya bajakan ini. Beberapa bahkan ada tertipu karena menyangka itu barang asli,” tutupnya. (far)

Baca juga:

Bahasa Made In Negeri Aing Tuan Rumah di Negeri Orang

#Musik #Juni Made In Negeri Aing
Bagikan
Ditulis Oleh

Febrian Adi

part-time music enthusiast. full-time human.
Bagikan