GPM Lahir karena Masyarakat Masih Malas Pakai Masker

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Selasa, 06 Oktober 2020
GPM Lahir karena Masyarakat Masih Malas Pakai Masker
Gerakan Pakai Masker. (Foto: Antara).

MerahPutih.com - Masyarakat Indonesia dinilai masih malas menggunakan masker karena tidak terbiasa merasa tidak nyaman saat melakukan aktivitas. Padahal, mengguakan masker menjadi salah satu cara paling murah untuk terhindar dari penularan COVID-19.

Bukan hanya soal masker, masyarakat juga dinilai masih kurang informasi tentang COVID-19, bahkan tidak percaya bahwa virus corona ini benar-benar ada. Sehingga diperlukan berbagai sosialisasi dan edukasi.

"Kultur juga menyebabkan masyarakat malas menggunakan masker, hal ini menjadi tantangan GPM untuk membentuk budaya memakai masker sebagaimana cara berpakaian fashion atau adat. Hal ini tentunya membutuhkan waktu," ujar Inisiator Gerakan Pakai Masker (GPM) Dumasi Samosir.

Baca Juga:

Indonesia Harus Fokus Kembangkan Vaksin COVID-19 Dalam Negeri

Dumasi mengaku, mempunyai cara agar masyarakat tidak malas untuk memakai masker. Solusinya dengan melakukan sosialisasi dan edukasi terus menerus secara berulang. Hal ini menjadi kunci utama perubahan perilaku.

GPM
Kampanye GPM membagi-bagikan masker ke publik. (ANT)

Gerakan masker ini, kata ia, sama seperti sosialisasi penggunaan helm dan safety belt saar berkendara. Meski awalnya banyak yang malas melakukannya, tapi pada akhirnya akan sadar bahwa penting untuk menyelamatkan nyawa mereka.

"Memang, hal ini juga harus disertai contoh yang baik dari para pimpinan, disamping adanya penegakan hukum yang menyertai," katanya.

Ia menegaskan, jika langkah pemakaian masker yang benar ini diikuti dengan disipIin menjaga jarak dan rajin mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, maka hal ini dapat mencegah penularan sampai 90.

GPM, kata ia, telah melakukan penyuluhan sebanyak 5 angkatan dalam kurun waktu 3 bulan dengan sasaran pada 1.580 pengelola pasar dan kurang lebih 7 juta pedagang pasar di seluruh Indonesia.

Penggagas GPM
Aktivis dan penggagas GPM. (Dok GPM)

Kemudian Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan wisata, bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di Berau, Biduk-Biduk Kalimantan Timur (Kaltim), Bromo, Banyuwangi, dan Bali.

Selain itu, menyasar pesantren dengan melakukan penyuluhan sebanyak 6 angkatan dalam kurun waktu 2 bulan, yang menjangkau 65 pesantren 91.188 santri dan 3.361 guru.

Sosialisasi dan edukasi tentang pemakaian masker yang benar dan diikuti disiplin jaga jarak, dan rajin mencuci tangan dengan sabun diyakini bakal mengurangi penularan.

"Kesadaran masyarakat akan bertambah dan angka penyebaran dan penularan corona bisa menurun," ujarnya. (Asp)

Baca Juga:

Bawaslu Keluarkan 70 Surat Tertulis Bagi Pelanggar Protokol Kesehatan

#Protokol Kesehatan #COVID-19 #Operasi Yustisi
Bagikan
Ditulis Oleh

Asropih

Bagikan