Masjid Pesantren Cijawura, Saksi Bisu Penyerangan Belanda di Masa Revolusi Belanda menyerang ketika tengah berlangsung shalat Jumat, 200 syuhada gugur saat itu. (Humas Bandung)

DILIHAT dari arsitekturnya, terlihat jelas Masjid Pesantren Cijawura, Buahbatu merupakan salah satu masjid tertua di Kota Bandung. Hampir satu abad, tepatnya sudah 98 tahun masjid ini berdiri.

Pimpinan Pondok Pesantren Cijawura, H.M Asep Usman Rosadi menceritakan, perjalanan dan kisah masjid ini sebagai saksi bisu syiar Islam dan gugurnya 200 pejuang Jawa Barat pada tahun 1946.

Asep adalah generasi ketiga dari pemilik masjid sekaligus pondok pesantren ini. Ia menjelaskan, awalnya bangunan tersebut hanya berupa musala pada tahun 1925.

Baca Juga:

Hore! Selama Ramadan, Taman Alun-Alun Bandung Dibuka

masjid
Masjid ini sebagai saksi bisu syiar Islam dan gugurnya 200 pejuang Jawa Barat. (Humas Bandung)

"Tapi dibuatlah menjadi masjid sebagai upaya untuk membina masyarakat dalam bidang agama di Cijawura. Masjid ini didirikan oleh Abah H. Abdul Syukur," jelas Asep, dikutip Rabu (29/3).

Abah Abdul kemudian mencari sosok yang mampu mengajarkan agama kepada masyarakat sekitar Cijawura. Ia mendatangi pesantren di Sukamiskin. Di sana ia bertemu dengan sosok bernama Burhan.

"Abah memilih mantu yang juga ia percayai memegang amanah tersebut. Terpilihlah K.H.R.M Burhan untuk menjalankan dakwah di Cijawura," lanjutnya.

Tak berhenti sampai di situ, Abah Abdul juga ingin mendirikan pesantren. Maka dari itu, pada tahun 1930 didirikanlah pesantren bersamaan dengan membangun masjid.

"Sifatnya inklusif, siapapun bisa masuk ke masjid ini. Maka dari itu, nama masjid ini pun sengaja dipilih dengan bahasa setempat yakni Masjid Pesantren Cijawura," ungkapnya.

Menurut Asep, dijadikannya nama daerah sebagai nama masjid dan pesantren bertujuan agar orang bisa merasa lebih dekat, mudah diingat, dan mudah dikenal. Kemudian, pada tahun 1945, pondok pesantren ini menjadi basis pertahanan para pejuang.

"Tahun 1946 ketika salat Jumat, terjadi penyerangan oleh tentara Belanda dari segala penjuru. Akibat kejadian itu, sekitar 200 syuhada gugur," ucapnya.

Awalnya para pahlawan yang gugur ini dimakamkan di halaman masjid. Tapi, pada tahun 1993 Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memindahkan makamnya ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra.

"Para syuhada ini sebenarnya dimakamkan di halaman masjid. Namun, sebagai bentuk menghargai jasa para syuhada, akhirnya Pemkot Bandung saat itu memindahkan makam ke TMP. Bentuknya memang bukan makam utuh karena saat awal gugur pun para pahlawan ini ditembaki di (kuburkan dalam) satu lubang," tuturnya.

Baca Juga:

5 Tempat Ngabuburit Asyik di Kota Bandung

masjid
Pada tahun 1957 dilakukan perbaikan bangunan yang rusak dan pembangunan menara. (Humas Bandung)

Lalu, pada tahun 1957 dilakukan perbaikan bangunan yang rusak dan pembangunan menara. Sementara itu, Takmir Masjid Pesantren Cijawura, Ridwan menambahkan, saat 1946 Belanda belum menerima kemerdekaan Indonesia. Ini mendorong para tokoh pimpinan Pesantren Cijawura mengungsi ke Ciparay.

"Karena di sini kosong, jadinya tempat ini dijadikan posko perjuangan," ungkap Ridwan.

Ia menambahkan, awalnya masjid ini hanya berukuran 20x10 meter. Namun, kini telah diperlebar. Meski begitu, bangunan lamanya tetap dipertahankan.

"Sekarang ini ukurannya 40x30 meter dan dibangun sampai tiga tingkat atau tiga lantai," ujar Ridwan.

Ia mengatakan, setelah dibangun pesantren, sekolah pun mulai didirikan.

"Sekarang pesantren itu harus ada sekolah. Kalau tidak ada sekolahnya, santri yang masuk sedikit,” tutur lelaki yang sudah menjadi marbot Masjid Pesantren Cijawura selama 15 tahun ini.

Ia juga menjelaskan mengenai beberapa arsitektur masjid tersebut. Berbeda dengan masjid pada umumnya, Masjid Pesantren Cijawura memang masih terlihat sangat konservatif. Terdapat kubangan air di sisi depan dan belakang pintu masjid.

"Dari luar kita tidak tahu apakah bawa najis atau tidak. Najis dibersihkannya lewat kubangan air yang ada di di depan masjid," terangnya. (Imanha/Jawa Barat)

Baca Juga:

Begini Cara Dapat Tiket Gratis Kereta Api Kelas Eksekutif

LAINNYA DARI MERAH PUTIH
Mengenang Gregory Churchill, Ahli Hukum Asal Amerika Serikat Pencinta Wayang Nusantara
Tradisi
Mengenang Gregory Churchill, Ahli Hukum Asal Amerika Serikat Pencinta Wayang Nusantara

Koleksi wayang Greg menjadi salah satu sumber daya hidup bagi pelestarian dan pengembangan wayang Indonesia.

Google Doodle Merayakan Tempe Mendoan
Kuliner
Google Doodle Merayakan Tempe Mendoan

Tempe mendoan merupakan salah satu kuliner khas Indonesia.

Seba Baduy, Bentuk 'Upeti' pada Pemerintah
Tradisi
Seba Baduy, Bentuk 'Upeti' pada Pemerintah

Tradisi ini menjadi kesempatan bagi suku Baduy untuk bersilaturahmi dengan Gubernur Banten.

Melihat 'Alien' di Wisata Gunung Merapi
Travel
Melihat 'Alien' di Wisata Gunung Merapi

Batu Alien memiliki bentuk menyerupai wajah manusia.

Angkat Piala pada Lima Destinasi Wisata Super Prioritas Indonesia
Travel
Angkat Piala pada Lima Destinasi Wisata Super Prioritas Indonesia

Pemerintah mendorong lima destinasi super prioritas yang ada di Tanah Air

5 Tempat Ngabuburit Asyik di Kota Bandung
Travel
5 Tempat Ngabuburit Asyik di Kota Bandung

Ngabuburit asyik di Kota Bandung.

Perkembangan Zaman Hampir Punahkan Tradisi Dongdang 17-an
Tradisi
Perkembangan Zaman Hampir Punahkan Tradisi Dongdang 17-an

dongdang biasanya dijadikan alat rebutan setelah rangkaian acara HUT RI.

Masjid Raya Al Jabbar Ada Kaitan dengan Bobotoh Persib
Travel
Masjid Raya Al Jabbar Ada Kaitan dengan Bobotoh Persib

Ide awal pembangunan ini rupanya ada kaitan dengan bobotoh atau suporter Persib

5 Destinasi Wisata Favorit di Banyuwangi untuk 'Recharge' Mood
Travel
5 Destinasi Wisata Favorit di Banyuwangi untuk 'Recharge' Mood

Tempat yang harus dikunjungi di Banyuwangi.

Perayaan Hadirnya Kehidupan Baru dalam Tradisi Mamoholi
Tradisi
Perayaan Hadirnya Kehidupan Baru dalam Tradisi Mamoholi

Masyarakat adat Toba melakukan penyambutan kelahiran bayi dalam tradisi mamoholi.