LAPUT HUT 76 RI: Jago Revolusi Karawang-Bekasi

Masa Kecil 'Raja Copet Senen' Bang Pi`ie

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Selasa, 17 Agustus 2021
Masa Kecil 'Raja Copet Senen' Bang Pi`ie
Sosok Bang Pi`ie jagoan Pasar Senen. (Kolase dari dokumentasi keluarga Imam Sjafei)

TUBUH Mugeni tergeletak kaku di Kali Ciliwung, Manggarai. Di badan perantau asal Marunda tersebut terdapat luka bekas bacokan. Warga sempat geger sebab jenazah tersebut seorang jago Pasar Senen paling disegani era 1920-an.

Belakangan diketahui Si Jago Senen berpisah jiwa di tangan adik seperguruannya, Ayub. Adik-Kakak seperguruan tersebut sama-sama bertolak dari Marunda dengan tujuan utama Pasar Senen. Beredar desas-desus Ayub mengincar posisi Mugeni sebagai jago Pasar Senen.

Baca juga:

Celetukan Benyamin Sueb Masih Populer Hingga Kini

Kawasan semula bernama Vinckepasser tak pernah redup dari denyut kehidupan ibukota. Berlapis kegiatan terdapat di daerah pasar biasa buka tiap hari Senin tersebut. Bahkan, tak tak heran Senen disebut jantung ekonomi Batavia atau Jakarta, sebab beragam aktivitas berkelindan, mulai distribusi komoditi, pertokoan, pasar, kedai makanan, pertemuan arus transportasi, perjudian, pelacuran, hingga tempat berkumpul para seniman, juga jago atau jawara.

bang pi`ie
Suasana salah satu sudut di Pasar Senen. (KITLV)

"Reputasi Senen sebagai pusat dunia jagoan sudah dikenal sejak era kolonial," tulis Muhammad Fauzi pada "Jagoan Jakarta dan Penguasaan di Perkotaan, 1950-1966," Tesis Sejarah FIB-UI.

Senen, lanjut Fauzi, akan memberi perlindungan bagi jago dari kejaran aparat keamanan Belanda, seperti pada kasus perampok asal Bekasi, Cibarusa, dan Jonggol.

Baca juga:

Kenangan Indekos Pemuda Revolusioner di Lokasi Sumpah Pemuda

"Selain itu, Senen dikenal pula sebagai daerah tukang catut kelas satu di Jakarta. Semua jenis barang mulai dari pakaian, makanan, dan obat-obatan dapat diperoleh di sini (Senen)," tulis Fauzi.

Nama Mugeni sebagai 'Jago Senen' tinggal kenangan. Paling tidak buat keluarga, istrinya, janda Siti Saonah (Aminah), dan anak-anaknya, termasuk Imam Sjafei (Pi`ie).

bang pi`ie
Keramaian Pasar Senen dibelah jalur rel kereta api. (KITLV)

Sjafei baru berusia empat tahun saat ayahnya meninggal. Anak kelahiran Pejaten, Bangka, Pasar Minggu, 27 Agustus 1918, tersebut harus keluar rumah demi menimba ilmu agama. Ia dititipkan kepada Habib Qodir Al-Hadad. Dari ulama asal Kebon Nanas, Jakarta Timur, tersebut Sjafei beroleh ilmu agama juga main pukulan.

Enam tahun setelah kepergian ayahnya, Sjafie atau kemudian disapa Pi`ie kembali beroleh kabar duka atas berpulangnya sang ibu. Ia lantas dititipkan kepada Zaenab, bibinya nan saban hari berjulan di Pasar Senen. 'Anak kemaren sore' tersebut harus menjadi tulang punggung kelima saudara-saudarinya.

Di Pasar Sayur Senen, Pi`ie mengumpulkan teman-teman sebayanya mengambil sisa sayur dan beras untuk dibawa pulang. Kehidupan pasar sehari-hari banyak mengajarinya cara bertahan hidup di jalanan.

bang pi`ie
Dua perempuan sedang berjalan di Pasar Senen. (KITLV)

Dari semula sebatas memulung sisa sayur dan beras, Pi`ie mulai menjajal dunia 'jalanan'. Di umur 15 tahun, menurut Jerome Tadie pada Wilayah Kekerasan di Jakarta, Pi`ie mulai menjadi jagoan dengan mengumpulkan preman, pengemis, penjambret, dan pencopet.

Pi`ie meretas sepak terjang kejagoanannya di Pasar Senen saat mengadu ilmu dengan jago asal Cibedug, Bogor. Ia dengan tumbuh mungil harus naik alas lapak pedagang sayuran sebagai pinjakan melompat, lalu menebas dengan golok tengkuk lawannya bertubuh tinggi besar. Jagoan Cibedug, Bogor, roboh. Tak pernah lagi batang hidung lawannya tampak di sekitar Senen.

Selanjutnya, musuh terkuat di Senen telah menanti. Muhayar menempati posisi tertinggi jago di Pasar Senen, menggantikan Ayub, pembunuh ayahnya. Duel Pi`ie kontra Muhayar menyebar cepat di kalangan orang Senen. Mereka menanti aksi kedua jago. (Sam)

Baca Juga:

Adu Keras Pemuda Radikal Versus Sukarno-Hatta

#Agustus Jagoan Negeri Aing #Jago Revolusi Karawang-Bekasi #Sejarah
Bagikan
Ditulis Oleh

Samantha Samsuddin

Be the one who brings happiness
Bagikan