Marlina Pembunuh Dalam Empat Babak, Film Western Bernuansa Eastern

Zaimul Haq Elfan HabibZaimul Haq Elfan Habib - Sabtu, 13 Januari 2018
Marlina Pembunuh Dalam Empat Babak, Film Western Bernuansa Eastern
(FOTO: MP/Iftinavia Pradinantia)

MARLINA Pembunuh Dalam Empat Babak memberi nuansa segar dalam perfilman Indonesia. Sutradara film tersebut, Mouly Surya menyajikan genre baru di Indonesia bernama Satay Western.

"Sebenarnya genre ini sudah banyak digunakan di sejumlah film asing yang menampilkan nuansa koboy," tutur perempuan berambut pendek tersebut. Di tiap wilayah, genre film ini disesuaikan dengan makanan khas daerah tersebut.

Di Italia, genre film ini disebut dengan istilah Spaghetti Western, di Korea Selatan genre film ini disebut dengan Kimchi Western. Sate merupakan makanan khas Indonesia yang sudah dikenal luas di dunia internasional. Ketika di adaptasi di Indonesia, genre film ini disebut dengan istilah Satay Western.

Film bernuansa koboy belum banyak dilirik sutradara-sutradara Indonesia. Meski belum pernah diangkat sebelumnya, Mouly optimis jika film ini akan diterima dengan baik oleh penonton di Indonesia.

"Sebagai orang Eastern, mengangkat film bertema Western terdengar sangat fresh," ucap Mouly. Dirinya merasa tertantang untuk menampilkan budaya Western dengan nuansa Ketimuran yang kental.

"Secara tak langsung, saya dituntut untuk mengemas film ini tanpa kehilangan nuansa Ketimurannya," jelas Mouly. Meski genre film ini western, nilai-nilai budaya Timur justru terasa kental dalam film ini. Mouly sangat piawai memadukan konsep Timur dan Barat dalam film Marlina Pembunuh Dalam Empat Babak.

Sebagai contoh, film ini mengambil latar tempat Sumba. Nuansa NTT terihat dari pakaian khas perempuan Sumba yang dikenakan pemeran Marlina, Marsha Timothy. Salah satu unsur yang memperkuat latar tempat adalah penggunaan bahasa Sumba yang digunakan dalam percakapan antartokoh sepanjang film.

Untuk memudahkan penonton yang tak bisa berbahasa Sumba, Mouly menampilkan transkrip berbahasa Indonesia. Ia juga menyoroti kehidupan perempuan Sumba yang harus tinggal di rumah mengurus hewan-hewan ternak. Dikisahkan tokoh Marlina memiliki sejumlah hewan ternak seperti babi, sapi, dan ayam. Para penonton juga akan dmanjakan alunan lembut musik khas Nusa Tenggara Timur.

Adapun unsur Western yang ditampilkan dalam film tersebut adalah hamparan padang rumput Savana yang memanjakan mata kita sepanjang film. Adegan Marsha Timothy yang menunggangi kuda kala dilarang naik ke atas truk juga menjadi ciri khas film koboy yang diangkat dalam film tersebut.

Film ini telah resmi ditayangkan di Indonesia pada 19 November 2017. Kendati demikian, sebelum dan sesudah film tersebut ditayangkan di Indonesia, film ini sudah meraih berbagai penghargaan di ajang festival film Internasional. Di antaranya Festival Film Cannes di Mei 2017, New Zealand International Film Festival dan Melbourne Film Festival pada Agustus 2017, dan Toronto International Film Festival pada September 2017.

Film ini juga menjadi primadona dalam Singapore Media Festival 2017 setelah tampil menjadi pembukaan dalam Singapore International Film Festival Festival (SGIFF) yang digelar pada 23 November hingga 4 Desember 2017.

Mouly Surya memang tak mendeklarasikan jika film ini dikhususkan bagi penonton Dewasa. Walau begitu, film ini tak direkomendasikan bagi penonton usia anak-anak. Hal tersebut dikarenakan adanya adegan dewasa dan adegan sadis yang ditampilkan secara terang-terangan. (Avia)

#Marsha Timothy #Film
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan