PLATFORM Meta milik Mark Zuckerberg sedang menjajaki rencana untuk meluncurkan aplikasi media sosial baru dalam upayanya untuk menggantikan Twitter sebagai 'alun-alun kota digital' dunia, seperti diungkapkan laman New York Post.
"Kami sedang menjajaki jejaring sosial terdesentralisasi mandiri untuk berbagai pembaruan teks. Kami percaya ada peluang untuk ruang terpisah di mana pencipta dan tokoh masyarakat dapat berbagi pembaruan tepat waktu tentang minat mereka," ujar juru bicara Meta dalam sebuah surel.
Aplikasi Meta akan didasarkan pada kerangka kerja serupa yang mendukung Mastodon, layanan mirip Twitter yang diluncurkan pada 2016. Aplikasi mirip Twitter akan memungkinkan Meta memanfaatkan kekacauan saat ini di perusahaan yang dipimpin Elon Musk, yang menunjukkan terjadinya kekacauan akibat pemotongan biaya.
Baca juga:

Twitter telah berjuang untuk mempertahankan basis iklannya sejak pengambilalihan platform oleh Musk akhir tahun lalu. Perusahaan itu segera menunjukkan sejumlah langkah kontroversial, mulai dari memulihkan kembali akun yang sudah diblokir, hingga merilis verifikasi akun berbayar.
Salah satu kebijakan paling kontroversial mereka adalah perilisan akun verifikasi atau centang biru berbayar. Terbukti, setelah Twitter meluncurkan kebijakan itu, muncul banyak scammer atau penipu yang menyamar sebagai perusahaan.
Rencana Zuckerberg bersama Meta itu datang pada saat platform terbesarnya Facebook, sedang berjuang untuk menarik perhatian audiens yang lebih muda. Rencana itu sepertinya muncul saat investasi terbesar mereka Metaverse, menunjukkan tanda-tanda kemajuan signifikan.
Baca juga:

Selain itu, aplikasi berbagi foto dan video mereka Instagram, juga menghadapi persaingan ketat karena berbagai kreator konten pergi dan meninggalkan platform itu untuk beralih ke TikTok. Hingga kini, belum jelas pula kapan Meta akan meluncurkan aplikasi terbaru itu.
"Sejarah Meta adalah bahwa mereka merupakan pengakuisisi yang jauh lebih baik daripada inovator atau pengembang. Sejauh keinginan untuk membuat aplikasi saingan Twitter, ini hanyalah langkah defensif," terang Ketua dan Anggota Pengelola Great Hill Capital Thomas Hayes.
“Mereka hanya mencoba segalanya, setidaknya dengan situs blog mini seperti Twitter, ada beberapa harapan bahwa itu dapat mulai menghasilkan uang dari garis waktu yang jauh lebih cepat daripada investasi metaverse," tambahnya lagi. (waf)
Baca juga: