Mantan Pengikut Ungkap Segala Kebohongan dan Janji Manis ISIS Lewat Sebuah Buku

Zulfikar SyZulfikar Sy - Selasa, 11 Februari 2020
Mantan Pengikut Ungkap Segala Kebohongan dan Janji Manis ISIS Lewat Sebuah Buku
Mantan pengikuti ISIS Febri Ramdani. (Foto: MP/Kanugrahan)

MerahPutih.com - Febri Ramdani, seorang mantan pengikuti ISIS menceritakan pengalamannya hampir setahun di Suriah. Cerita itu ia tuangkan dalam sebuah buku berjudul "300 Hari di Bumi Syam: Catatan Perjalanan Mantan Pengikut ISIS"

Ia mengatakan, masyarakat harus waspada propaganda "janji manis" media ISIS yang mengajak orang untuk datang dan bergabung dalam kelompok teroris itu di Suriah.

Baca Juga:

Polri Sebut Rencana Pemulangan Ratusan Eks Kombatan ISIS Belum Pasti

"Saya dan keluarga mengira kalau tempat itu memang aman dengan yang sudah dijanji-janjikan bagus," kata Febri di gedung Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Selasa, (11/2).

Ia menceritakan, awalnya dia tertarik datang ke Suriah. Kenyataannya, semua daerah hancur akibat perang, tidak ada kedamaian hidup di bawah negara Islam seperti yang dijanjikan dalam propaganda media, bahkan semua biaya yang dihabiskan untuk ke Suriah juga tidak dikembalikan seperti janji dari ISIS.

"Ada propaganda seperti itu kita perlu mengkroscek, jangan kita hanya melihat dari satu sisi saja (dari propaganda media (ISIS) tanpa menerima masukan informasi dari media-media lainnya," ungkap Febri.

Febri menceritakan, awalnya keluarga dia terpropaganda media ISIS untuk datang Suriah, sebanyak 26 orang keluarganya berangkat ke Negeri Syam pada 2015 karena ingin hidup di negara yang menerapkan kaidah Islam seperti zaman Nabi Muhammad SAW.

Ketika keluarganya berangkat, Febri menolak untuk ikut, namun karena dia hanya tinggal sendiri di Indonesia sementara seluruh keluarganya sudah ada di Suriah, akhirnya dia mencoba mencari tahu seperti apa ISIS.

Mantan pengikuti ISIS Febri Ramdani. (Foto: MP/Kanugrahan)
Mantan pengikuti ISIS Febri Ramdani. (Foto: MP/Kanugrahan)

Febri melihat propaganda-propaganda ISIS tentang Suriah dan tertarik datang ke sana, alasan lainnya adalah untuk bertemu keluarga.

"Propaganda bagus, ke sana kita boleh jadi apa saja, tidak diwajibkan perang, dijanjikan fasilitas pendidikan, kesehatan dan pekerjaan. Janji di bawah syariat Islam sempurna seperti zaman Nabi Muhammad," ucap Febri.

Akhirnya, Febri dibantu salah seorang kerabatnya masuk ke Turki, ia tinggal sekitar lima hari di Turki kemudian langsung masuk menuju Suriah.

Bukannya kedamaian, Febri malah mendapatkan kekacauan. Ia tertangkap salah satu fraksi yang berafiliasi dengan Al-Qaeda, namun karena beralasan ia datang sebagai relawan kemanusiaan akhirnya Febri dilepaskan.

Setelah itu, Febri melanjutkan ke salah satu kota di Suriah untuk mencari keluarganya, sepanjang yang ia lihat tidak ada kedamaian di sana, bahkan di kota tempat keluarga intinya tinggal, semuanya porak-poranda karena perang.

Febri memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Mereka keluar dari ISIS dengan cara menyerahkan diri pada pasukan militer Kurdi dan dipenjara selama dua bulan.

Febri selaku penulis buku itu menyerahkan sepenuhnya pada pemerintah terkait nasib ratusan WNI eks ISIS yang masih menetap di Suriah. Termasuk juga para anak-anak dan perempuan asal Indonesia yang masih berada di kamp penampungan tersebut.

"Dilihat lagi level asesmennya. Serahkan lagi ke pemerintah," tuturnya.

Baca Juga:

Bakar Paspor, Ratusan Kombatan ISIS Dianggap Bukan Lagi Tanggung Jawab Negara

Selain itu, kata Febri, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) juga bisa menyiapkan dan melakukan program deradikalisasi terhadap ratusan WNI eks ISIS itu jika nanti benar-benar dipulangkan. Ia pun pernah mengikuti program deradikalisasi usai kembali dari Suriah.

"Program itu harus dijalankan, dimaksimalkan, sehingga orang-orang ini (eks ISIS) dibenahi lah," tuturnya.

Pemerintah telah memutuskan tak memulangkan ratusan WNI eks ISIS ke Indonesia. Hal ini diputuskan dalam rapat kabinet yang digelar tertutup oleh Presiden Joko Widodo dan sejumlah kementerian di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/2).

"Pemerintah tidak ada rencana memulangkan teroris, bahkan tidak akan memulangkan foreign terrorist fighter (FTF) ke Indonesia," ujar Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD.

Dari data terbaru, kata Mahfud, terdapat 689 WNI eks ISIS yang tersebar di sejumlah wilayah seperti Suriah dan Turki. Sebelumnya disebutkan ada 660 WNI. Mahfud mengatakan, keputusan itu diambil dengan mempertimbangkan keamanan bagi ratusan juta penduduk di Indonesia. (Knu)

Baca Juga:

Wali Kota Solo Ragukan WNI Kombatan ISIS Bisa Terima Ideologi Pancasila

#ISIS #Buku
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir
Bagikan