Psikologi
Makna di Balik Coretan Tanganmu saat Lagi Iseng
KETIKA lagi rapat, menelepon, atau berada di ruang kelas, kita kerap kali mencari secarik kertas lalu mulai mencoret-coret di atas kertas tersebut untuk mengusir kebosanan.
Coretan bisa menjadi tempat untuk kita melarikan diri dari bosan, distraksi, atau menunggu waktu berlalu. Orang-orang mungkin berpikir itu dilakukan karena gabut atau keisengan semata. Ternyata, dunia psikologis justru menangkapnya berbeda.
Baca juga:
Alih-alih dianggap kurang kerjaan, Art Psychoterapist, Cindy Harjatanaya justru melihat kegiatan coret-coret (doodling) sebagai aksi yang disengaja bukan dibuat tanpa alasan.
Cindy juga mengatakan doodling bisa membuat pelakunya lebih konsentrasi. "Kalau bengong saja pikiran melayang dan tidak ada informasi yang diserap. Sebaliknya, ketika doodling justru banyak info yang bisa diserap," urainya melalui Webinar, KALMnesia, Tetap Kalem di Masa Kelam, Sabtu (10/10).
Menurut Cindy, saat mencoret-coret bisa saja terjadi brainstorming. "Satu hal yang dibuat atau ditulis bisa dikaitkan (diasosiasikan) dengan hal lain," tuturnya.
Doodling saat bosan juga memberi banyak manfaat. Manfaat pertama tentu saja membantu daya ingat. Berikutnya yakni sarana untuk regulasi diri. "Doodling membuat kita bisa mengatur diri, secara spesifiknya yakni emosi. Dari yang semula marah menjadi lebih tenang," ujar Cindy.
Doodling juga menjadi sarana kita mencari ide. "Kegiatan ini dapat menggabungkan pikiran dan perasaan," lanjutnya.
Manfaat terakhir tentu saja sebagai media mengekspresikan diri. "Apa yang digambar di atas secarik kertas bicara banyak mengenai pengalaman mereka yang menggambar atau hal yang sedang dipikirkan," tukas Cindy.
Baca juga:
Tiga Praktik Psikologi Positif Ampuh untuk Lewati Masa Sulit Pandemi
Misalnya saja coretan yang kita buat secara tidak sadar membentuk pola mirip seekor burung. Hal tersebut bisa diinterpretasikan sebagai kebebasan. Dimana saat masa pandemi ini dan harus social distancing kita mendambakan kebebasan seperti dahulu.
Bukan hanya dari gambar yang dibuat, media yang digunakan pun dapat merepresentasikan isi hati pembuatnya. Misalnya saja penggunaan spidol atau cat air berwarna hijau.
"Saya pakai tinta hijau karena kangen hijau-hijauan nih. Butuh refreshing," ungkap psikolog klinis, Theresia Michelle yang turut hadir di Webinar KALMnesia sesi Therapeutic Art Doodling tersebut.
Selain dari gambar dan penggunaan media gambar, kualitas garis pun dapat diasosiasikan dengan suatu hal. Meski demikian, Cindy mengatakan bahwa yang bisa menjelaskan gambar yang dibuat adalah si pembuat sendiri.
"Cerita dibalik gambar itu tergantung dari pengalaman, budaya, apa yang terekspos, hingga isi hati pembuat. Hanya mereka yang bisa menjelaskan. Tugas konselor hanya memfasilitasi" tukasnya. (avia)
Baca juga: