MAKANAN yang digoreng bukanlah suatu yang terlarang. Hanya saja harus mengontrol makanan tersebut di menu diet sehari-hari. Hal tersebut diutarakan oleh Dokter Spesialis Gizi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) dr. Elfina Rachmi, MGizi, SpGK, seperti dilansir Antara, Kamis (12/5).
"Kenapa mengonsumsi gorengan atau lemak yang tinggi tidak boleh berlebihan karena energinya atau kalorinya dua kali lipat lebih tinggi dari karbohidrat dan protein," ujarnya.
Baca juga:
Jika terlalu banyak kalori maka seseorang akan mengalami masalah berat badan dan kesehatan lainnya seperti jantung. Tubuh memang membutuhkan kalori yang cukup untuk berfungsi. Namun jika berlebihan maka tubuh akan menyimpan kalori dalam bentuk lemak.

Ektra kalori disimpan dalam bentuk trigliserida, yang bila meningkat akan mengganggu kinerja jantung. Trigliserida yang menumpuk di arteri dapat meningkatkan risiko arteri menjadi keras, kaku dan sempit atau aterosklerosis. Hal tersebut mengakibatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke.
Elfina menyarankan untuk memilih sumber lemak baik seperti minyak zaitun ataupun kacang-kacangan dan sumber buah lemak baik seperti buah alpukat. Namun sebelum itu, ia merekomendasikan untuk mengetahui lebih dulu status gizi melalui indeks massa tubuh (IMT).
Baca juga:
"Kita cukup mengetahui berat badan dalam kg dan tinggi badan dalam meter saat ini. Kita bagi berat badan dengan tinggi badan (dalam satuan kuadrat meter). Tinggal dilihat indeks massa tubuhnya," tutur dia.
Setelah itu, perhatikan jenis makanan yang dikonsumsi, salah satunya tetap memasukkan karbohidrat. Khususnya yang kompleks karena mengandung serat. Karbohidrat kompleks seperti nasi merah, nasi putih ditambah agar-agar, oatmeal, sereal, kentang dengan kulitnya tetapi pastikan bersih karena kulit bisa membantu menambah serat dan roti gandum.

Setelah itu penuhi kebutuhan hewani sebagai sumber protein yang adekuat karena berkaitan dengan imunitas. Protein dari hewani seperti seperti ikan, ayam, telur, daging sapi, serta lauk nabati misalnya tempe, tahu maupun kacang-kacangan.
"Dengan perbandingan lebih tinggi asupan protein hewani daripada lauk nabati 2:1," saran Elfina. (*)
Baca juga: