Mahasiswa Unair Bikin Sensor Saturasi Oksigen Terintegrasi Internet of Things

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Senin, 09 Agustus 2021
Mahasiswa Unair Bikin Sensor Saturasi Oksigen Terintegrasi Internet of Things
Ilustrasi cara kerja sensor saturasi oksigen terintegrasi Internet of Things (IoT) karya mahasiswa UNAIR Program Studi Rekayasa Nanoteknologi 2020. (Foto: Humas Unair)

MerahPutih.com - Masa pandemi belum berlalu, empat mahasiswa Fakultas Teknologi Maju dan Multidisplin (FTMM) Universitas Airlangga (UNAIR), hadirkan sensor saturasi oksigen terintegrasi Internet of Things (IoT).

Pembuatan alat tersebut dibesut dengan material nanomaterial berupa lapisan tipis (thin film) material MXene. Setidaknya inovasi ini diyakini mampu menjawab problem minimnya pengawasan saturasi oksigen pasien isoman (isolasi mandiri).

Baca Juga:

Pelaku UMKM di Bandung Diharap Tak Berhenti Berinovasi di Tengah Pandemi

Keempat mahasiswa Program Studi Rekayasa Nanoteknologi 2020 tersebut diantaranya, Diva Meisya Maulina Dewi, Agustina Oktafiani, Fajar Sukamto Putra, dan Zuhra Mumtazah.

Diva Meisya sebagai ketua tim mengatakan, terpikir dari kasus isoman yang tingkat saturasinya tiba-tiba di bawah 90 persen tanpa gejala sesak, menjadi konsen utama untuk menciptakan inovasi ini.

"Sensor langsung terintegrasi ke RS atau fasilitas kesehatan terdekat sehingga akan cepat memberikan pertolongan pertama pada pasien," papar Diva saat dikonfirmasi, Minggu (08/08/2021).

Ia menjelaskan, sensor saturasi oksigen berfungsi sebagai telemedicine dan kontroling. Kemudian sensor yang tersusun dari lapisan Thin film MXene terakit dengan alat elektronik berupa mikrokontroler dan wifi module bermodel seperti cincin. Sensor dipasang di jari tangan tersebut akan mendeteksi saturasi oksigen dalam darah. Signal kemudian diterima mikrokontroler untuk diteruskan ke database sehingga bisa diakses oleh user.

"Cara MXene mendeteksi saturasi oksigen, menurut penelitian Khan et al, (2018) tiap pixel dari ROA terdiri atas Red OLED, NIR dan OPD yang masing-masing akan terkoneksi pada Analog Front End (AFE). Semua komponen tersebut terkoneksi pada mikrokontroler untuk diakses oleh user,” terang Diva.

Oksigen medis. (Foto: Antara)
Ilustrasi cara kerja
sensor saturasi oksigen terintegrasi Internet of Things (IoT) karya mahasiswa UNAIR Program Studi Rekayasa Nanoteknologi 2020. Dok humas-ist

Secara detail, Red OLED, NIR dan OPD merupakan sinar bergelombang tertentu yang nantinya menerima data terlait oksihemoglobin dan deoksihemoglobin. Semua komponen ini terhubung pada mikrokontroler sebagai penerima sinyal untuk diteruskan ke pengguna.

Atas bimbingan dosen FTMM Ilma Amalina dan Tahta Amrillah, tim tersebut menargetkan pendanaan sehingga bisa terealisasi.

Hasil karya mereka berhasil menyabet Juara Kedua kategori Diagnostic/Supporting Tools pada lomba Idea Competition ‘Innovation for Infectious Disease (I4I)’ tingkat international yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR. (Andika Eldon/Jawa Timur)

Baca Juga:

Kepala Daerah Diminta Jangan Ragu Lahirkan Ide, Gagasan dan Inovasi

#Inovasi #Oksigen Medis #Kelangkaan Oksigen
Bagikan
Bagikan