Mahasiswa ITS Kenalkan Desain Rumah Sakit COVID-19 dari Kontainer
MerahPutih.com - Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) kembali membuat temuan. Kali ini, mereka mendesain Rancang Bangun Integrated Smart and Sustainable Container Hospital (Rumah Sakit Kontainer) sebagai fasilitas karantina pasien COVID-19.
Mahasiswa tersebut tergabung dalam Tiksna Falcata Team yang berhasil menggondol medali emas di kategori Physics and Engineering di ajang Young National Scientist Fair (YNSF) 2020 atas temuannya tersebut.
Baca Juga
Sinovak Kirim Konsentrat 50 Juta Dosis Vaksin COVID-19 ke Bio Farma
Tim yang berasal dari Departemen Teknik Fisika angkatan 2017 ini terdiri dari Robert Ciputra Hermantara, Handy Suryowicaksono, Syaharussajali, Akbar Anugrah Putra, Aulia Rayimas Tinkar dan Bagas Hani Pradipta.
Ketua Tim Tiksna Falcata Team, Robert Ciputra Hermantara mengatakan, ide ini timbul dari permasalahan membludaknya jumlah orang terjangkit virus COVID-19 sehingga rumah sakit kelebihan kapasitas. Jika tempat penanganan pasien sudah over capacity, dampaknya banyak pasien yang tidak tertangani dengan baik berikut penularan virus juga semakin tinggi.
“Untuk itu, ide kami menggunakan kontainer dengan memanfaatkan sifat portable-nya, mudah untuk dipindahkan dan dilengkapi fitur smart system,” terang Robert kepada awak media, Sabtu (22/8).
Ia menambahkan, ada beberapa fitur di ruang isolasi dan berlaku pembatasan fisik di dalamnya sesuai standar protokol kesehatan dari Kementerian Kesehatan RI dan WHO.
"Sangat bisa untuk karantina pasien, jadi harapannya rumah sakit kontainer cerdas ini dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada,” tandas Robert.
Human Machine Interface jadi alat monitoring pasien. Rancangan rumah sakit ini berkapasitas 25 kontainer, masing-masing kontainer ada dua ruang kamar pasien berikut toiletnya, dan satu control room untuk tenaga medis memonitor kondisi pasien dan bangunan kontainer.
Menurut Robert, adanya Human Machine Interface (HMI) yang ada di control room berfungsi bagi tenaga medis atau operator mengendalikan dan monitoring kondisi bangunan kontainer baik temperatur, kelembaban, pencahayaan, penggunaan energi, maupun monitoring kondisi pasien.
“Selain di ruang kontrol, pihak rumah sakit bisa monitoring kondisi bangunan dan info pasien lewat aplikasi yang terkoneksi langsung dengan gawai terkait,” papar Robert.
Kelebihan dari kontainer hospital, rancangannya lebih concern ke pembatasan fisik dengan penggunaan isolation box dalam kamar pasien dan teknologi smart system yang mengandalkan sensor serta alat medis yang dipasang baik pada pasien maupun bangunan kontainer.
“Sehingga cukup mudah dalam melakukan pengawasan dan penanganan pasien melalui control room maupun aplikasi di gawai,” tegasnya. Masa pandemi, komunikasi tim gunakan video call.
Robert juga menceritakan kendala saat proses desain rumah sakit konteiner ini. Tiada lain saat berkomunikasi, yang hanya mengandalkan aplikasi konferensi video. Untungnya, ada beberapa anggota yang kebetulan sedang di Surabaya dan bisa berkoordinasi secara langsung.
“Yang paling sering secara keseluruhan kami tetap menggunakan sistem daring untuk berdiskusi dengan penjadwalan sistem kerja setiap minggu ada 2 sampai 3 kali. Ya semacam logbook, dan semua anggot mengerti tugas masing-masing," ungkap Robert.
Baca Juga
Tim Tiksna Falcata akan menyempurnakan kembali karyanya, dan menambahkan fitur-fitur yang mempermudah pekerjaan tenaga medis serta meningkatkan keamanan tenaga medis maupun pasien COVID-19.
“Semoga dari pihak pemerintah bisa menjadikan ide kami ini sebagai referensi dan solusi dalam memitigasi kasus pandemi COVID-19 ini,” pungkas Robert. (Andika Eldon/Jawa Timur)