SEANDAINYA proses menyusui seindah seperti bayangan kebanyakan ibu saat hamil, rasanya tidak mungkin mendadak harus beralih ke susu formula untuk memenuhi kebutuhan si kecil.
Meskipun susu formula dapat memenuhi kebutuhan bayi dengan baik, air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi sejak lahir hingga kurang lebih usia enam bulan. Periode yang biasa disebut dengan ASI eksklusif.
Kata Nhs.uk, ibu akan menghadapi setidaknya satu atau dua masalah dalam proses menyusui. Payudara tidak bisa menghasilkan ASI hingga berlimpah begitu saja.
Jika ingin menghasilkan ASI yang melimpah dan bergizi, tentu saja kamu harus memerhatikan asupan gizi harian serta disiplin dalam menyusui atau memompa ASI setidaknya tiga hingga empat jam sekali dalam 24 jam.
Masalahnya proses menyusui tak semudah teori yang ada loh, Bund. Seringkali kamu akan mengalami berbagai problema menyusui seperti ini.
Baca juga:

1. Puting Lecet
Untuk ibu yang menyusui bayinya secara langsung atau yang populer dengan sebutan DBF (direct breastfeeding) sudah pasti akan sering mengalami yang namanya puting lecet.
Apalagi jika si kecil sudah mulai tumbuh gigi dan belum disapih. Duh, rasanya setiap menyusui ingin menangis saja karena menahan sakitnya luka terbuka di area putih tapi masih harus tetap menyusui si kecil.
Sebenarnya masalah puting lecet tetap bisa menyerang ibu-ibu yang memilih menjadi mom-eping atau memompa ASI tanpa menyusui secara langsung.
Jika kamu salah memilih ukuran corong yang tidak sesuai dengan ukuran areola, puting akan sering mengalami lecet karena gesekan yang terjadi saat proses memompa ASI.
2. Asi Seret
Saat bayi baru lahir, biasanya produksi ASI perlahan akan meningkat dengan pesat sesuai dengan 'supply and demand' dari si kecil.
Tetapi jika kamu tidak disiplin dalam menyusui atau memompa, lama-lama produksi ASI akan menurun sehingga kamu tidak bisa mengejar kebutuhan bayi.
Dehidrasi dan kekurangan asupan makanan yang bergizi juga dapat menyebabkan ASI seret. Ibu yang menyusui wajib minum air mineral sebanyak tiga liter setiap hari agar produksi ASI kembali meningkat.
3. Hiperlaktasi
Menurunnya produksi ASI tentu saja menjadi masalah utama dalam proses menyusui. Namun, bagaimana jika ternyata produksi ASI meningkat hingga berlebihan?
Tentu saja ini menjadi masalah baru bagi ibu menyusui. Produksi ASI yang berlebihan biasa disebut dengan hiperlaktasi. Jika kamu mengalami hal ini, mau tak mau harus membawa senjata pamungkas yang selalu dibawa ibu dengan masalah hiperlaktasi, yaitu pompa ASI.
Meskipun sangat melelahkan, ibu hiperlaktasi harus memompa ASI di mana saja. Setidaknya selama tiga jam sekali dalam sehari agar tidak terjadi pembengkakan payudara.
Baca juga:

4. Asi Tersumbat
Lalu bagaimana jika ibu hiperlaktasi menunda menyusui atau memompa ASI? Kemungkinan payudara akan mengalami ASI tersumbat untuk sementara waktu.
Gejalanya adalah mengerasnya payudara serta timbul rasa nyeri di beberapa bagian permukaan payudara. Jika sudah begini, kamu wajib kompres payudara dengan air hangat dan melakukan pijat laktasi sebelum menyusui atau memompa ASI.
5. Mastitis
ASI tersumbat pada ibu menyusui seringkali tidak segera mendapatkan penanganan sehingga akhirnya terjadi mastitis.
Perlu diketahui ASI harus selalu dikeluarkan, baik dengan cara menyusui secara langsung maupun dengan memompa secara rutin agar tidak tersumbat di saluran susu.
Jika sudah tersumbat dan mengendap, payudara akan mengalami infeksi karena penumpukan bakteri.
Mastitis biasanya memerlukan penanganan dokter karena kamu membutuhkan resep antibiotik untuk meredakan pembengkakan payudara.
6. Mastitis Abses
Gejala mastitis yang biasa dialami oleh ibu menyusui adalah payudara mengeras seperti batu, kemerahan di permukaan payudara, dan rasa nyeri ketika menyusui si kecil.
Jika tidak segera ditangani, mastitis akan berubah menjadi mastitis abses artinya ada nanah yang menumpuk di saluran air susu dan harus segera melakukan operasi mengeluarkan nanah tersebut agar tidak menjalar hingga masuk ke dalam paru-paru. (Mar)
Baca juga: